Lihat ke Halaman Asli

Irfan Maulana

Suka nulis dan baca pun bagian dari hobi saya

Wisata Religi ke Masjid Pintu Seribu, Penuh Makna dan Kaya Sejarah

Diperbarui: 15 Februari 2019   20:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Wisata religi ke masjid Pintu Seribu "Nurul Yaqin" yang terletak di RT .001 / RW .003 , Kampung Bayur , Kelurahan Periuk Jaya , Kecamatan Periuk , Tangerang, Banten . Disebut masjid Pintu Seribu karena memiliki begitu banyak pintu . Bahkan , pengelola masjid pun tidak tahu persis berapa jumlah yang ada di masjid tersebut. 

Dari segi usia , masjid ini tergolong muda dan didirikan sekitar tahun 1978 . Pendirinya adalah seorang warga keturunan Arab yang warga sekitar menyebutnya dengan Al Faqir , dan semua pembiayaan ia tanggung sendiri . Sebagai penghormatan , warga sekitar memberinya gelar Mahdi Hassan Al-Qudratillah Al-Muqoddam . Kabarnya Al Faqir juga membangun masjid serupa di Karawang , Madiun , dan beberapa Kota lain di Indonesia .

Pembangunan masjid ini bahkan tidak memakai gambar rancang , tidak ada design dasar yang bisa menampilkan corak arsitek tertentu . Ada pintu - pintu gerbang yang sangat ornamental mengikuti ciri arsitektur zaman Baroque , tetapi ada juga yang bahkan sangat mirip dengan arsitektur Maya dan Aztec . Sekarang , bangunan masjid ini sudah mencapai luas sekitar satu hektar , dan diharapkan akan semakin banyak warga kampung mewakafkan tanahnya untuk memperluas bangunan masjid di masa yang akan datang .

Dibeberapa pintu , tampak ornamen dengan angka 999 . Dan menurut Pak Karim , salah seorang pengurus masjid , angka itu merupakan simbolisasi Asma Allah SWT . Dan diantara pintu - pintu masjid terdapat banyak lorong sempit dan gelap yang menyerupai labirin .

Salah satu ruang bawah tanah itu ada yang agak luas , disini terdapat sebuah tasbih super besar dari kayu . Garis tengah masing - masing butir tasbihnya sekitar 10 CM , atau sekitar kepalan orang dewasa . Dan ruang ini biasanya dipakai Al Faqir untuk berzikir.

Biasanya , pemandu sengaja mematikan lampu di ruangan itu , dan mengajak yang hadir untuk membayangkan saat - saat dialam kubur yang begitu sempit , pengap , dan gelap . Kemudian ia mengajak berdoa bersama dalam keheningan dan kegelapan . Semua lorong - lorong itu akhirnya menuju sebuah ruang terbuka yang mirip dengan stadion sepakbola , dan ditempat inilah dilakukan shalat berjamaah .

Demikian informasi yang disampaikan , saya Irfan Maulana dan terima kasih .




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline