Lihat ke Halaman Asli

Aliah

Guru

Seuntai Harapan di Terik Matahari

Diperbarui: 6 April 2020   05:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siang itu matahari sangat terik memancarkan tubuhnya begitu panas dan disambut kelengangan siang yang sunyi dan sepi. Tidak banyak orang lalu lalang di depan toko Syafa. Biasanya jam segini anak-anak asyik bermain sambil tertawa riang dan diiringi senandung kecerian di wajah-wajah yang polos. Sehingga menambah suasana menjadi ramai dan bising. Anak-anak mondar mandir jajan di toko Syafa. Tapi siang ini tidak terlihat wajah-wajah polos mereka. Begitu juga ibu-ibu yang belanja untuk membeli kebutuhan sehari-hari  sangat sepi. Hanya ada satu dua orang yang datang. Syafa dan suaminya menunggu pembeli dengan sabar.

Untuk mengisi kesibukan dan jenuhan menunggu pelanggan, suami Syifa menyibukkan diri di depan laptop sambil membuka Hp. Syifa sendiri menyibukkan diri merapikan rumah. Si kecil terlihat sibuk memainkan Hp. Siang ini sang mentari memancarkan cahayanya sangat panas. Sepanas kondisi saat ini. Mungkin ini semua pengaruh dari keadaan yang terjadi saat ini. Orang-orang malas untuk keluar rumah, mereka keluar bila ada keperluan yang mendesak. Selesai merapihan rumah terlihat Syafa dan suaminya asyik ngobrol membicarakan kondisi saat ini. Mereka berdua saling beradu argumen. Begitu serius dan serunya, mereka ngobrol. Di sela asyiknya ngobrol tiba-tiba dikejutkan oleh suara ”Kleneng...Kleneng...Kleneng,,,”. Terdengar sayup-sayup semakin lama semakin terdengar jelas suara itu. Mendengar suara itu, mereka berdua terdiam sesaat dan saling berpandangan.

“ Mah...bunyi suara apa itu?”

“ Entahlah Pa..”

“ Paling tukang es”, jawabku dengan nada sok tau.

Lalu pandangan kami berdua beralih ke depan toko. Tiba-tiba ada gerobak melintas di depan toko mereka. Lalu gerobal itu berhenti di depan musholah.

“ Mah...coba lihat tukang apa yang di gerobak!”

“Papa lapar nih”.

Syafa langsung beranjak dari tempat duduknya dan bergegas menuju ke depan tokonya. Syafa menoleh kearah samping kanan. Dilihatnya seorang pedagang sedang duduk di depan mushola sambil menuggu pembeli yang datang. Syafa langsung bergegas  masuk dan berkata,

“ Pah...itu tukang empek-empek”.

“ Papa mau beli”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline