Lihat ke Halaman Asli

Azis Tri Budianto

Mahasiswa | Penulis | Filsuf

Maknawi Jawa tentang Dunia

Diperbarui: 2 Maret 2023   21:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi pribadi

Pengetahuan mengenai konsepsi hidup ala masyarakat Jawa tidak begitu saya dapatkan sedari kecil. Namun harus saya akui, bahwa konsepsi hidup yang dimiliki masyarakat Jawa itu memang unik dan lekat dengan nilai-nilai filosofis.

Banyak konsepsi yang sangat relevan untuk terus-menerus diterapkan dalam menghadapi realitas kehidupan kekinian yang penuh dengan problematik. Dan salah satu konsepsi itu dapat diambil dalam istilah 'memayu hayuning buwana'.

Secara etimologi, istilah 'memayu hayuning buwana' terdiri dari tiga premis yang saling berkaitan. 'Memayu' berasal dari akar suku kata 'mayu' yang mendapatkan imbuhan 'me', memiliki arti mempercantik, memperindah, dan atau meningkatkan keselamatan.

ilustrasi pribadi

'Memayu' ini merujuk pada suatu konsep tidak mengubah tatanan yang sudah ada; tidak mengganggu keselarasan yang sudah ada; dan tidak menimbulkan konflik baru terhadap tatanan yang sudah ada.

Istilah selanjutnya 'hayuning', yang berakar dari suku kata 'hayu' dan mendapatkan imbuhan 'ning' atau 'ing'. Istilah ini, dalam falsafah Jawa merujuk kepada arti cantik, indah, dan selamat.

Dan terakhir 'buwana' yang merujuk kepada arti dunia. Istilah dunia, dalam pandangan masyarakat Jawa memiliki dua kategori. Pertama, jagad gumelar atau makrokosmos yang terdiri dari unsur-unsur dunia dan alam semesta yang ada. Kedua, jagad gumulung atau mikrokosmos yang merupakan pribadi individual masyarakat atau manusia.

Berdasarkan etimologi di atas, memayu hayuning buwana merupakan usaha untuk memperindah indahnya dunia. Dalam realitas masyarakat Jawa, secara mendasar, hubungan alam dan manusia memiliki hubungan dalam bingkai 'ketersalingan'.

Hubungan antara dunia dan manusia adalah saling topang-menopang. Manusia hidup dengan bantuan apa yang ada di dunia. Pun dengan dunia, pada tahapan tertentu, membutuhkan manusia untuk merawat ekosistemnya supaya bertahan lebih lama. Keduanya memiliki persamaan pada, bersumber, menuju, di dalam, dan diliputi unsur Ilahiah.

Namun untuk sampai pada pemahaman memayu hayuning buwana ini prosesnya tidak mudah apalagi murah. Manusia pertama-tama perlu mengasah dan menambah wawasannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline