Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

Seperti Cinta, Adakalanya Partikel "Pun" Ditulis Terpisah

Diperbarui: 1 April 2019   16:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI seyogianya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Siapakah yang mengelola akun Twitter Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI? Andai kata dikelola sendiri oleh beliau, tentu riskan dan miris karena beliau pejabat negara. Lebih miris lagi, beliau penanggung jawab tata kelola pendidikan di negeri tercinta ini.

Andaikan bukan beliau sendiri yang mengelola akun Twitter @muhadjir_ef, alias akun tersebut dipercayakan kepada administratur, rasanya makin miris. Pengelola akun Pak Mendikbud bisa sebegitu lengah. Bukan sekadar menyebalkan, melainkan sudah menyedihkan. Kata menyedihkan ini sedikit lebih lembut dibanding mengenaskan.

Apa pasal sehingga saya berpendapat demikian? Adalah cuitan beliau, Rabu (27/6), yang menjadi cikal soal kegelisahan dan kegusaran saya. Coba kita tilik rekam layar cuitan Pak Menteri.

Sumber: Twitter.com/muhadjir_ef

Mari kita sisir kicauan beliau.

Hari ini bersama istri tercinta menunaikan pemilihan kepala daerah wilayah Jawa Timur. Saya membayangkan alangkah saktinya Pak Menteri sampai-sampai beliau sanggup menggelar hajat seakbar Pemilihan Gubernur Jawa Timur. Padahal, hajat seperti itu merupakan tanggung jawab KPU. 

Akan tetapi, abaikan saja soal pilkada itu. Ada perkara yang lebih menggelitik. Lihatlah cara beliau menggunakan kata siapa pun. Sesuatu yang seharusnya dipisah malah digabung. Aneh bin ajaib. Sekelas menteri, Mendikbud pula, tidak paham kaidah penulisan partikel pun.

Jangan-jangan beliau tidak pernah membaca Permendikbud Nomor 50 Tahun 2015 Tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Bisa jadi begitu. Dan, masuk akal karena Permendikbud tersebut ditandatangani oleh menteri sebelumnya, bukan oleh Pak Muhadjir. 

Meski begitu, maafkan beliau. Bagaimanapun, beliau manusia biasa. Pak Harto pun dulu sering keliru berbahasa Indonesia. Semakin disebut semangkin. Daripada sering digunakan dengan tidak semestinya. Pak Badudu sampai-sampai letih sendiri mengkritik mantan presiden kita itu. 

Nah, sekarang kekeliruan berbahasa Indonesia itu dilakukan oleh seorang menteri. Kekeliruan mendasar yang fatal. Mengapa begitu? Jawabannya sederhana, karena beliau Mendikbud. Kalaupun bukan beliau yang berkicau demikian, akun yang digunakan tetaplah akun beliau.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline