Lihat ke Halaman Asli

Blasius Mengkaka

TERVERIFIKASI

Guru.

Rajin Kerja Fisik, Mengapa Susah?

Diperbarui: 27 Desember 2021   09:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Rajin Kerja Fisik

Saya mengamati kelompok orang-orang desa yang selalu rajin melakukan pekerjaan fisik di Kab. Belu. Saya tahu, para pekerja fisik adalah orang-orang yang paling aman dari resiko terserang virus-virus. Kerja fisik memerlukan tenaga dan kekuatan fisik yang kuat. Oleh karena mereka selalu rajin berolah fisik membuat para pekerja fisik selalu sehat dan bebas dari ancaman virus.

Di desa-desa, para pekerja fisik bekerja di kebun/sawah sebagai pekebun, penambang, nelayan, sopir/konjak, peternakan, pemasak, tukang, operator alat-alat berat, buruh di bidang-bidang produksi. 

Seorang sepupu menceriterakan kepada kami. Setiap hari dia mengurusi dan memberi makan 6 ekor ternak babi dengan 1 di antaranya baru saja beranak 12 ekor kecil-kecil, puluhan ayam, bebek, itik, kambing dan sapi.  Selain mengurusi ternak, dia harus memasak, mencuci dan mengurusi anak-anak dan rumah. Dia juga harus melayani berbagai permintaan dari para anggota keluarganya. Di NTT, setiap individu bukan hanya bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarga besarnya juga.

Rajin Kerja Fisik, Mengapa Susah?

Orang-orang selalu rajin bekerja fisik, tetapi mengapa hidup tetap susah? Faktor utamanya banyak hasil kerja digunakan bukan untuk perencanaan hidup, tetapi dihabiskan secara sia-sia. Juga banyak tenaga fisik terbuang sia-sia karena salah perhitungan. 

Saya mengamati para petani lombok dan sawah. Umumnya mereka mengalami kelemahan di bidang dialektika. Para petani lombok dan sawah mengeluarkan lebih banyak uang untuk menanam, mengolah dan merawat tanaman untuk teknologi, operasionalisasi teknologi, belanja pupuk dan obat. Selanjutnya, mereka mendapatkan hasil pertanian terlalu sedikit. 

Penyelesaian

Faktanya ialah kemampuan bidang dialektika manusia di desa-desa belum seimbang dengan tenaga fisik yang dikeluarkan. Jika bidang kerja fisik lebih kuat dari bidang dialektika, maka hasilnya adalah sia-sia. Bidang dialektika yang kuat dapat diperoleh dari pelatihan dan pendidikan, tetapi ia harus didukung oleh kemampuan kerja fisik. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline