Lihat ke Halaman Asli

KANG el

Karena Hidup Perlu Banyak Karya

Stop Hoax

Diperbarui: 1 Mei 2021   09:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Assalamualaikum, sobat Kang el dimanapun kamu berada? Bagaimana kabarnya? semoga limpahan rahmat dan lindungan Allah selalu bersama sobat. Aamin. Bicara hoax berarti kita bicara tentang dusta, yang sebenarnya adalah musuh manusia dan ingat bukan satu atau dua kali kita mendengar berita hoax tapi mungkin bisa setiap hari kita melihat,mendengar dan membaca atau bahkan sampai juga membagikan berita hoax. Hal ini tentu bukan masalah biasa karena hal ini terkait dengan dunia informasi yang jadi nafas di dunia ini, dan apa yang terjadi apabila kita terus mengkonsumsi udara hoax ini? Tentu akal, hati dan juga jiwa raga kita akan tercemari.

Mari kita kenalan dengan si Hoax ini, menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) edisi V hoax berarti berita tidak benar;bohong atau berita tidak bersumber kemudian dalam Oxford english Dictionary, hoax diartikan sebagai "malicious deception" artinya "kebohongan yang dibuat untuk tujuan jahat. Untuk penulisan yang benar menurut KBBI hoax menjadi hoaks karena kata asing yang diberi frasa Sehingga huruf 'x' diganti dengan ks. Menurut Silverman(2015), hoaks merupakan sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja menyesatkan orang namun dijual sebagai kebenaran. Maka hoaks dapat disimpulkan menjadi sebuah berita atau informasi bohong yang tidak bersumber dan tidak memiliki nilai fakta sehingga dapat menyesatkan.

Tahukah sobat bahwa hoax bukanlah fenomena yang baru meskipun baru mengambil peran utama dalam panggung publik di Indonesia beberapa dekade terakhir ini, sebetulnya hoax memiliki akar sejarah yang panjang. Fenomena ini sesungguhnya sudah terjadi pada zaman nabi dan bahkan menimpa keluarga nabi. Hoax pada zaman Nabi terkisahkan dalam Hadis Shahih Riwayat Bukhari dari Aisyah, diceritakan bahwa sepulang dari perang Muraisi' beliau tertinggal dari rombongan karena mencari kalungnya yang terjatuh di jalan. Sekembalinya dari pencarian tersebut, Sayyidah Aisyah tidak menemukan untanya parkir di tempat semula.

Pada saat itu, seorang sahabat bernama Shafwan bin Mu'attal melihat Aisyah dan menawarinya kendaraan (unta) untuk pulang. Sayyidah Aisyah pun menaikinya, dan sahabat berjalan di sebelahnya sampai keduanya bertemu dengan rombongan lain. Peristiwa "berduaan" Aisyah dan Shafwan ini kemudian digemborkan sebagai perselingkuhan. Dalam kitab Umdatul Qari syarh dari Shahih al Bukhari karya Badruddin Al A'ini disebutkan bahwa penyebar hoax itu adalah Abdullah bin Ubay bin Salul.

Akibat isu tersebut disebutkan dalam riwayat yang sama bahwa Sayydiah Aisyah didiamkan oleh Nabi selama sebulan. Setiap hari beliau selalu menangis dan sedih karena tidak ada saksi yang beliau datangkan dalam kejadian tersebut.

Hingga kini eksitensi hoax meningkat secara tajam mulai dari tembok china yang terlihat dari luar angkasa hingga masa kampanye Indonesia. Dari mulai tujuan yang sederhana hingga tujuan yang mengakibatkan kerugian pada bangsa. Kemunculan sosial media makin memperparah siklus hoax, keberadaanya sangat mudah menyebar lewat sosial media diperparah dengan hoax yang biasanya memiliki isu yang tengah hangat dan ramai di masyarakat, sehingga membuatnya sangat rentan memancing orang untuk membagikanya ditambah dengan adanya berita hoax yang disertai ancaman.

Bukan hanya di negara barat sana namun hoax juga sangat berkembang di negara-negara asia termasuk tanah air kita Indonesia. Nah sobat Kang el, tahun 2019 ini adalah tahun yang luar biasa dimana tahun ini bangsa Indonesia akan menggelar Pilpres dan Pilkada yang diadakan serentak di hari yang sama. Ada dua calon dalam Pilpres kali ini, sehingga memungkinkan adanya persaingan ketat pada kedua belah pihak. 

Kampanye yang diadakan sejak tanggal 23 September 2018 hingga 13 April 2019 dalam waktu yang cukup lama tersebut dan isu yang tengah ramai di masyarakat ini tidak menutup kemungkinan adanya hoax yang akan beredar. Entah itu perbuatan dari pihak yang berkepentingan atau hanya gurauan tetap saja hal ini akan menyesatkan. Mulai dari Cina minta Jokowi jual pulau Jawa dan Sumatra hingga penambahan angka "0" pada nomor urut capres-cawapres dituding akan berpengaruh terhadap hasil penghitungan suara. Hal inilah yang mengakibatkan bangsa Indonesia tercemari akal, jiwa dan pikiran kita.

 Pernah gak sobat berpikir bagaimana cara kita untuk memerangi hoax ini, kalau menurut ane sih,

Pertama, Meningkatkan intelektual kita afrtinya kita mesti membaca yang seharusnya dibaca.

Kedua, Bijaklah dalam bersosial media artinya kita mesti melihat yang seharusnya dilihat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline