Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Geriatric Millennial

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Penonton Kesenian Tradisional Kok Gak Joget Kayak Konser Musik?

20 April 2025   13:05 Diperbarui: 20 April 2025   16:28 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penari Topeng Ireng (toto lempeng iramane kenceng) dari grup Sekar Rimba | Foto: Yana Haudy

Dulu saya suka nonton pentas seni, konser penyanyi, sampai festival musik. Setelah pindah ke Magelang kesukaan saya berubah, lebih suka nonton kesenian tradisional khas setempat yaitu Jathilan, Topeng Ireng, Kubro, atau hadroh.

Jathilan dan Topeng Ireng juga populer di daerah tetangga Magelang seperti Wonosobo, Temanggung, dan sebagian Purworejo. Orang-orang di sebagian wilayah Yogyakarta juga menyukai Jathilan sebagai hiburan favorit.

Kalau saat nonton konser musik saya ikut berjoget bersama penonton lain, tapi saat menonton pertunjukan tradisional, mau menggoyangkan kepala saja rasanya malu. Penonton Jathilan, Topeng Ireng, Kubro, bahkan yang lebih modern seperti hadroh pun tidak ada yang menggoyangkan kepala apalagi joget seperti penonton di konser musik. 

Padahal kesenian tradisional musiknya lebih ramai karena gamelan, gendang, angklung, dan instrumen band semua dimainkan, jadi enak banget buat goyang-goyang. Saya perhatikan ternyata ada beberapa hal yang bikin penonton kesenian tradisional tidak joget seperti di konser musik.

1. Tarian bukan nyanyian

Niat penonton datang menonton kesenian tradisional adalah untuk menikmati tariannya. Suara merdu dan wajah tampan penyanyinya kurang jadi perhatian. 

Ada satu penyanyi Topeng Ireng dari grup Sekar Rimba namanya Irul. Selain bersuara merdu dan pandai bermain gendang, Irul juga rupawan. Vibes-nya juga seperti Ariel Noah. Wajar kalau saat ini dia jadi penyanyi Topeng Ireng paling terkenal se-Magelang dan sekitarnya.

Karena tujuannya untuk menonton tarian, maka mereka lebih menggunakan indra penglihatan untuk menikmati pertunjukkan alih-alih ikut menggoyangkan badan mengikuti irama musik dari indra pendengaran.

2. Panggung rendah

Pertunjukkan kesenian tradisional biasanya tidak ditujukan untuk komersil. Penonton tidak dikenakan biaya saat menonton karena biaya ditanggung penyelenggara atau orang yang menyewa sanggar kesenian tradisional tersebut.

Karena itulah panggung yang disediakan untuk manggung tidak semewah konser musik. Panggung cukup dibuat rendah saja untuk membedakan mana pemain musik dan mana penari. Saking rendahnya panggung, cuma penonton sampai barisan ketiga saja yang bisa melihatnya.

Sementara itu para penari menari di bawah panggung menghadap ke penonton segaris lurus dengan arah panggung. Penari dan penonton cuma dipisahkan dengan bambu atau tali saja. 

Meskipun pertunjukkan tradisional diadakan di tempat luas seperti lapangan bola, penonton harus berada di depan dekat tali pembatas kalau mau melihat jelas tarian. Kondisi uyel-uyelan di depan bambu pembatas tentu tidak nyaman untuk joget. Penonton yang tidak uyel-uyelan karena posisi nontonnya jauh pun tidak ingin joget karena sibuk mencari celah untuk  bisa melihat penari atau pemain musiknya.

3. Usia penonton

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun