Di tengah bara revolusi kemerdekaan Indonesia (1945-1950), saat segenap energi bangsa tercurah pada upaya mempertahankan kedaulatan, tersembunyi sebuah kisah yang jarang terungkap: peran ibadah haji sebagai media perjuangan.
Lebih dari sekadar menjalankan rukun Islam kelima, perjalanan umat Islam Indonesia ke Tanah Suci pada periode krusial ini menyimpan jejak langkah dan misi rahasia yang terjalin erat dengan perjuangan kemerdekaan.
Tulisan ini berupaya menelisik lebih dalam sejarah ini, mengungkap bagaimana perjalanan haji tidak hanya menjadi kewajiban spiritual, tetapi juga menjadi saluran perjuangan, diplomasi informal dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, sebuah kisah sejarah yang layak diangkat kembali sebagai inspirasi generasi milenial.
Perjalanan Haji Sebelum Kemerdekaan
Kegiatan pelaksanaan ibadah haji umat Islam Indonesia waktu itu sangat bergantung keadaaan transportasi antara kepulauan Indonesia dengan Jazirah Arab. Hubungan antar wilayah Nusantara dengan Jazirah Arab dilakukan melalui hubungan pelayaran perdagangan.
Siapa dan kapan umat Islam Indonesia yang pertama kali menunaikan ibadah haji tidak diketahui secara pasti. Kegiatan ibadah haji yang dilakukan umat Islam Nusantara diperkirakan dimulai sejak abad ke-16 M. Awalnya kegiatan ibadah haji yang dilakukan umat Islam Indonesia berjalan tanpa ada halangan yang berarti.
Semenjak kedatangan bangsa Belanda pada 1596. Belanda secara perlahan mulai membangun kekuasaanya di Nusantara, setelah dikuasai dan mengetahui bahwa minat umat Islam Nusantara dalam melaksanakan ibadah haji cukup tinggi,. Pemerintah Belanda pun mulai ikut campur dalam pelaksanaan ibadah haji umat Islam Indonesia.
Berbagai kebijakan dibuat Belanda, mulai dari kebijakan Resolusi Haji 1825, 1831, 1852 lalu disempurnakan dengan kebijakan Ordonansi Haji 1859 dan terakhir Kebijakan Ordonansi 1922.
Masa pendudukan Jepang tidak ada kebijakan khusus dalam hal ibadah haji. Jepang tidak mengatur layanan pengangkutan jamaah haji seperti yang dilakukan pada masa pendudukan Belanda.
Masa pendudukan Jepang di Indonesia juga tidak ada data yang menyebutkan adanya kapal angkutan jamaah haji yang beroperasi.
Perjalanan Haji Pasca Kemerdekaan