Bulan Juni bagi bangsa Indonesia identik dengan bulan Bung Karno. Mulai dari 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila, 6 Juni sebagai kelahiran Presiden pertama RI dan wafat pada 21 Juni 1970.
Peringatan Juni sebagai bulan Bung Karno diselenggarakan oleh segenap bangsa. Peringatan Selamatan Akbar Haul Bung Karno 2025 yang digelar pada 20 Juni 2025, akan diisi dengan doa dan tahlil.Â
Selamatan akbar tersebut disertai dengan menghadirkan sekitar 5.000 tumpeng, serta pengajian umum oleh KH. Ahmad Muwafiq.
Tradisi peringatan haul yang rutin digelar setiap tahun oleh Pemkot Blitar menjadi sarana untuk memperkuat semangat kebangsaan dan nasionalisme, khususnya di kalangan generasi muda.Â
Kegiatan selamatan akbar melibatkan partisipasi masyarakat secara luas. Masyarakat diajak hadir dan turut serta dalam kenduri akbar sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Proklamator dan Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno.
Menurut Sofwan Dedy Ardyanto, politisi PDI Perjuangan yang kini anggota DPR RI Komisi V menyatakan bahwa bulan Bung Karno bisa mengubah mindset masyarakat dan membangkitkan spirit.
"Kenapa orang miskin tetap miskin ? Tidak bisa mengakses sumber daya? Semua karena pikiran, kalau mindsetnya progresif maka nasib juga akan progresif, semua pasti ada tapi bagaimana kita ubah jadi potensi/pelajaran untuk melompat lebih tinggi lagi.
Jadi solusinya tidak selalu anggaran, investasi spirit dan pikiran lebih jangka panjang, apalagi sekarang pengetatan/efisiensi anggaran yang merambah ke bangunan dan infrastruktur," tutur politisi asal Temanggung yang kini sedang getol memperjuangkan nasib petani tembakau.
Sebagai aktivis Harakah Islamiyah, Sofwan berniat untuk ibadah dan jihad di PDI Perjuangan. Gregetnya sangat kuat merekrut anak muda.Â
Maka, yang pertama ditanamkan adalah aqidah dan perjuangan muamalah politik yang pernah disampaikan oleh Bung Karno kepada Muhammadiyah yakni "Teguhlah dalam Prinsip namun Luwes dalam Pergaulan".