Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kala Jakarta Punya Kasino dan Pengusaha Indonesia Bangun Kasino di Pulau Natal

29 September 2022   10:43 Diperbarui: 11 Oktober 2022   18:35 3828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan MH. Thamrin, Jakarta di tahun 1970-an. Foto: Boy Lawson/Tropen Museum

Kisah Gubernur LE yang hobi ke kasino rupanya melambungkan kenangan banyak pembaca akan kasino-kasino di Jakarta pada tempo doeloe. Jakarta memang pernah memiliki beberapa kasino. Dan kala kasino-kasino itu ditutup, seorang pengusaha Indonesia melihat peluang besar. Lalu bersama seorang mitra usaha dari Perth, dia pun membuka sebuah kasino di Pulau Natal- Australia yang hanya berjarak sekitar 350 km di selatan Pulau Jawa. 

Siapapun tahu bahwa perjudian dilarang di Indonesia. Dan bukan hanya pemerintah, tetapi hampir semua warga negara Indonesia pun sepakat. Judi hanya merugikan masyarakat dan melanggar norma agama. Meskipun demikian, banyak juga yang mafhum bahwa diam-diam berbagai jenis perjudian masih marak di tanah air.

Namun, siapa sangka, perjudian sejatinya pernah dilegalkan di Jakarta. Jejak sejarah kasino-kasino di Jakarta pun makin ramai ditelusuri, seiring merebaknya kasus gubernur dari provinsi paling timur di Indonesia itu. Bukan hanya oleh kalangan senior citizen yang hendak bernostalgia. Tetapi, banyak generasi muda pun tercengang mendengarnya. Kasino di Jakarta? Unbelievable!

Ibu kota Jakarta memang pernah memiliki kasino di era Gubernur Ali Sadikin yang sangat populer dengan panggilan Bang Ali. Gubernur legendaris, yang menjabat sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta antara tahun 1966 - 1977 itu, berani melegalkan perjudian demi membangun ibu kota Jakarta pada masanya.

Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta yang pernah melegalkan perjudian di ibu kota. Sumber: Arsip IPPHOS / www.kompas.id
Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta yang pernah melegalkan perjudian di ibu kota. Sumber: Arsip IPPHOS / www.kompas.id

Syahdan, di awal pemerintahannya kala itu, Ali Sadikin terkejut ketika mengetahui APBD DKI Jakarta hanya 66 juta rupiah. Itupun sudah termasuk hasil pungutan pajak daerah dan subsidi dari pemerintah pusat. Bagaimana mungkin membangun Jakarta dengan dana sekecil itu. Impossible!

Ali Sadikin pun mencari solusi terbaik tanpa menabrak undang-undang yang ada. Sekda DKI Jakarta kala itu, Djumadjitin lalu menunjukkan padanya Undang-undang No. 11 Tahun 1957 tentang Peraturan Pajak Daerah. Undang-undang ini membuka peluang bagi Pemda untuk memungut pajak atas izin perjudian. Sebuah jalan pun terbentang lebar.

Sebagai langkah awal, maka pada tanggal 26 Juli 1967, Ali Sadikin pun mengeluarkan Surat Keputusan yang melarang semua perjudian gelap di wilayah DKI Jakarta. Dan tidak tunggu lama, dua bulan berikutnya, Jakarta pun mencatat sejarah dengan berdirinya kasino pertama di kawasan Petak Sembilan No. 52, Jakarta Barat.

Salah satu kedai kopi tertua di Jakarta berada di kawasan Petak Sembilan. Sumber: dokumentasi pribadi
Salah satu kedai kopi tertua di Jakarta berada di kawasan Petak Sembilan. Sumber: dokumentasi pribadi

Kebijakan Ali Sadikin melegalkan judi langsung ditentang banyak pihak. Bang Ali pun dijuluki Gubernur Judi. Bahkan ada pula yang menyebutnya sebagai Gubernur Maksiat. Tetapi, Letnan Jenderal KKO (Purn.) itu bergeming. Tokoh yang memiliki karakter kuat ini percaya dia memiliki landasan hukum yang jelas. 

Dan gubernur di era sebelumnya mestinya tahu. "Hanya saja gubernur-gubernur lain tidak berani melakukannya," ujar Bang Ali seperti dikutip dari Biografi 'Bang Ali: Demi Jakarta 1966-1977' karya Ramadhan K.H. "Saya berani untuk keperluan rakyat Jakarta."

Selain kasino di bilangan Petak Sembilan- Glodok itu, beberapa kasino lain kemudian menyusul dibuka, yakni Hailai Casino dan Copacabana Casino di kawasan Ancol, Jakarta Utara. Lalu ada juga di lantai bawah Djakarta Theatre dan di Proyek Senen, Jakarta Pusat

Alhasil, berkat pajak judi itulah, isi brankas pemerintah DKI Jakarta pun makin menggelembung. Dan dari pajak judi pula, Ali Sadikin kemudian membangun ibu kota Jakarta. Mulai dari proyek perbaikan kampung-kampung, pembangunan sekolah-sekolah hingga Taman Ismail Marzuki.

Sementara itu, kasino-kasino yang dibangun pun bukan sembarangan. Copacabana Casino, misalnya, adalah sebuah kasino bergengsi di era itu. Gedung kasino yang mulai dibangun tahun 1975 itu berada persis di sebelah Hotel Horison (kini Mercure Convention Center Ancol). Dan selalu ramai dijejalin pengunjung berduit.

Gedung bekas kasino Copacabana di Ancol. Sumber: Pasti Liberti / www.x.detik.com
Gedung bekas kasino Copacabana di Ancol. Sumber: Pasti Liberti / www.x.detik.com
Bahkan ada ruang khusus VIP yang disebut Royal Room. Tentu saja hanya penjudi kelas kakap yang bakal diijinkan masuk ke ruang eksklusif tersebut. Beberapa penjaga kasino kabarnya selalu memeriksa dengan ketat semua pengunjung yang hendak masuk ke ruangan itu.

Tidak hanya Copacapana, kasino lain yang berdiri di dekat pintu masuk utama Ancol pun sangat terkenal di masa itu. Itulah Hailai Casino yang sudah beroperasi sejak tahun 1971. Hebatnya, kasino ini konon hasil kerjasama dengan Stanley Ho, pengusaha tajir asal Hong Kong yang terkenal sebagai Raja Judi di Makau.

Stanley Ho, yang juga disebut-sebut sebagai "Godfather & King of Gambling" itu, adalah pemilik SJM Holdings. Sebuah perusahaan raksasa yang memiliki 19 kasino di Makau. Satu di antaranya yang paling terkenal adalah Casino Grand Lisboa.

Akan tetapi, setelah masa jabatan Ali Sadikin berakhir pada 1977, para pengusaha judi pun bak kehilangan 'pelindung' utamanya. Dan pada April 1981, Copacabana Casino di Ancol pun ditutup untuk selamanya oleh Gubernur Tjokropranolo. Alasannya, "Ini sudah perintah Pak Harto. Judi harus dihapus, bukan dialihkan ke tempat lain," katanya, seperti dikutip majalah Forum Keadilan, edisi Agustus 1995. 

Pasar Senen Jakarta di era 1970-an. Sumber: Creative Common Tropen via wikipedia / kompas.com
Pasar Senen Jakarta di era 1970-an. Sumber: Creative Common Tropen via wikipedia / kompas.com

Kasino-kasino lain pun menyusul ditutup. Tetapi Hailai bernasib berbeda. Kasinonya memang ditutup, tetapi bisnis klub malamnya masih sempat berkibar. Dengan mengusung nama baru, yakni International Hailai Executive Club, klub malam ini pernah sangat terkenal hingga menyurut di tahun 2000-an. Bekas gedung Hailai kini sudah terbakar habis pada November 2019 silam.

Dengan menghilangnya bisnis kasino di Jakarta, para penjudi pun tidak punya pilihan lain kecuali menuju Genting di Malaysia atau ke Macau yang terkenal sebagai "Las Vegas of Asia". Sesuatu yang tidak disukai Bang Ali karena dianggap hanya membuang devisa ke negara lain. Lagi pula, semua tempat judi itu tidak ada yang cukup dekat dari Jakarta.

Sebuah peluang bisnis pun terbuka. Pada saat itulah Frank Woodmore, seorang pengusaha property dari Perth, Australia, dengan cepat mengendus sebuah potensi bisnis judi di Pulau Natal (Christmas Island)- Australia, yang hanya berjarak sekitar 350 km di sebelah selatan Pulau Jawa. Atau hanya 1 jam terbang dari Jakarta.

Woodmore lalu menggandeng seorang pengusaha terkenal asal Solo, yakni Robby Sumampow. Dan pada tahun 1985, sebuah perusahaan patungan pun terbentuk, yakni Christmas Island Resort Pty Ltd. Woodmore memegang sekitar 10% saham, sedangkan sisanya dikuasai Robby Sumampow dan mitra bisnis lainnya.

Kasino di Pulau Natal, Australia. Sumber: David Curl /www.smh.com/au
Kasino di Pulau Natal, Australia. Sumber: David Curl /www.smh.com/au
Sejak mendapatkan lisensi kasino dari Pemerintah Federal Australia, lokasi berjudi yang kemudian terkenal dengan nama Christmas Island Casino and Resort pun melaju kencang. Pengunjung kasino alias penjudi umumnya berasal dari Jakarta dan kota-kota lain di Asia Tenggara. 

Sebuah maskapai nasional milik Tommy Soeharto yang sedang melejit kala itu, yakni Sempati Air ikut terjun ke rute ini dengan membuka layanan penerbangan dari Jakarta. Bersaing dengan Ansett Airlines yang juga melayani rute ke Pulau Natal dari Perth dan Singapore. Untuk sesaat, nama destinasi wisata judi ini pun begitu populer di setiap akhir pekan. 

Tetapi, Christmas Island Casino yang pernah disebut sebagai salah satu kasino paling menguntungkan di dunia tidak berusia panjang. Setelah hanya beroperasi sekitar 4 tahun, kasino ini akhirnya ditutup. Penyebabnya tidak lain dari krisis finansial yang menghantam Asia di tahun 1997-1998. 

Bekas kasino di pulau Natal yang pernah dimiliki pengusaha Indonesia. Sumber: www.topaustraliangambling.com
Bekas kasino di pulau Natal yang pernah dimiliki pengusaha Indonesia. Sumber: www.topaustraliangambling.com

Setelah kasino-kasino di atas semuanya menghilang, para pecandu judi Indonesia pun melanglang buana ke mana-mana. Ada yang kembali ke Genting Highlands di Malaysia dan Makau- China. 

Yang lain mencoba peruntungan ke Burswood Island Casino (kini bernama Crown Perth) di Perth atau ke Jupiters Hotel Casino (The Star Gold Coast) di Gold Coast, Queensland, Australia. Dan tidak perlu diragukan lagi, banyak di antaranya bahkan berjudi hingga ke Las Vegas, AS.

Ah, judi memang begitu. Dia akan selamanya ada ketika manusia masih selalu mencari peruntungan secara instant. Meskipun sudah terbukti selama ribuan tahun, bandar judi akan semakin kaya dan pemain judi bakal kian merana.

Jadi? Jangan berjudilah kawan!

***

Kelapa Gading, 29 September 2022

Oleh: Tonny Syiariel

Referensi: 1, 2

Catatan: Semua sumber foto yang digunakan sesuai keterangan di masing-masing foto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun