Setiap dua Minggu sekali, di pagi hari sebelum pukul 9, kawasan Car Free Day (CFD) Grand Kamala Lagoon di Bekasi menjadi lautan manusia. Tentu saja diramaikan oleh deretan gerai yang menjajakan makanan dan berbagai produk,
Di antara mereka yang berolahraga, belanja, atau sekadar menghabiskan waktu bersama keluarga, ada satu pemandangan yang menyita perhatian: kotak amal besar bertuliskan "Sedekah untuk Palestina." Dihiasi gambar-gambar memilukan dari reruntuhan Gaza dan wajah-wajah pilu rakyat Palestina, kotak ini berdiri di atas bangku plastik.
Seorang perempuan berniqab dan seorang lelaki berjanggut dengan penampilan khas Timur Tengah tampak berjaga. Anak-anak kecil mendekat, menyumbang, bahkan ada yang mencium tangan pria atau tersebut, seperti menghormati seorang tamu dari negeri jauh. Sesekali anak-anak itu pun dicium mesra oleh mereka sebagai tanda terima kasih. Ketika saya mendekat, lelaki itu terdengat sedang menelpon dengan menggunakan bahasa Arab. Wah mereka memang orang Palestina?
Kedermawanan yang Menyentuh Hati
Fenomena ini bukan hal baru. Rakyat Indonesia, sejak dulu dikenal sebagai bangsa yang dermawan. Tak peduli usia, status ekonomi, atau latar belakang, banyak yang rela menyisihkan uang jajan, hasil dagangan, bahkan simpanan terakhir demi membantu saudara-saudara kita yang tertindas. Palestina menempati tempat istimewa di hati banyak Muslim Indonesia. Konflik panjang, ketidakadilan, dan penderitaan yang tak kunjung selesai telah menjadikan isu ini lebih dari sekadar politik internasional---ia menjelma menjadi panggilan nurani.
Apa yang terjadi di CFD Grand Kamala Lagoon pagi itu hanyalah potongan kecil dari gelombang empati yang terus mengalir. Kotak amal itu milik Yayasan Anhar Alkhair Wal Barakah yang beralamat di Jakarta Timur. Dua kotak diletakkan di lokasi berbeda, masing-masing dengan QR code agar memudahkan donasi nontunai. Lagu-lagu dan ayat-ayat suci Al-Qur'an diputar dari pengeras suara kecil, menambah suasana haru dan kesakralan.