Kucing salah satu hewan peliharaan yang disukai banyak orang. Mereka bisa menjadi teman ngobrol dan sumber hiburan kala kita suntuk.Â
Saya mulai memelihara kucing pada September 2021. Saat itu anak-anak membelinya dari seseorang yang tinggal di Saradan melalui media sosial.Â
Anak kucing atau kitten tersebut usianya sekitar 2 bulan. Kitten kampung itu coraknya unik, mirip harimau. Saya beri nama Zigy. Awalnya saya takut, geli memegang Zigy. Oleh karena rasa iba, lama-lama jatuh cinta.Â
Saya merawat Zigy seperti bayi. Setiap ke dokter hewan untuk vaksin atau sakit selalu digendong dengan kain. Tidur pun di kamar di atas kasur dengan selimut yang lembut karena dia memiliki kebiasaan usel-usel ke dalam selimut seperti menyusu ke induknya.
Zigy tumbuh dengan sehat, badannya kekar karena ditunjang asupan yang cukup. Kesalahan saya pada si Zigy adalah tidak mensterilkan-nya. Ketika birahi dia sering keluar rumah mencari betina. Meski sering cari betina, jam makan dan jam tidur Zigy pulang.Â
Keunikan lain si Zigy adalah senang ngobrol. Jika dipanggil, segera menyahut dengan suaranya yang khas. Saya sangat menyayanginya.
Muasal Pelihara Banyak Kucing
Selain pelihara Zigy saya adopsi kucing betina dan tiga anaknya milik salah seorang tetangga. Alasan adopsi karena iba, induk yang baru melahirkan akan dibuang tetangga tersebut. Induk kucing itu saya beri nama Blakie. Anaknya Cimol (betina), Zizi (betina) dan Sinyo (jantan).
Belum sempat saya memikirkan steril, tiba-tiba Cimol dan Zizi hamil. Padahal usianya baru 6 bulan. Terlihat kecil sekali ketika Cimol menjadi ibu dari 6 anaknya. Sementara Zizi melahirkan 2 anak.Â
Dari situ saya baru tergerak untuk steril kucing. Secara bertahap, Cimol, Zizi, anak-anaknya disteril. Saya kewalahan dengan pelihara 13 kucing.Â