Sewaktu tinggal di London, aku pernah mendengar kisah tentang bunga Dandelion. Sebuah gulma yang hidup di alam liar dan tahan terhadap segala keadaan. Dandelion kemudian menjadi simbol perjuangan.Â
Kini cerita panjang tentang perjuangan sedang kuselami dalam War and Peace. Asyik juga membacanya, hingga menyelami petualangan di dalamnya yang tak jarang menegangkan dan sesekali menakjubkan.Â
Lalu Ibu datang menghampiriku. Duduk di kursi yang berada di sisi kananku. Aku tahu mengapa wajah Ibu sendu. Senyumnya hilang sejak mendengar kabar tentang penugasanku ke Timor Timur. Lulus dari sekolah AKABRI, aku telah menjelma sebagai prajurit yang siap bertempur.Â
Orang-orang di pulau yang dijuluki Bumi Lorosae itu memang sedang diguncang prahara. Di sana perang saudara tak terelakkan. Faksi-faksi politik muncul dan elite-elitenya saling mendamik dada sebagai pewaris sah kekuasaan peninggalan Portugis.Â
Faksi politik yang disebut Fretilin dan berbau komunis menjadi faksi paling siap berperang. Orang-orang dalam faksi ini bersenjata dan memerangi faksi lain yang tak bersepakat terhadap ide Republik Demokratik Timor Timur.Â
TNI pun tak tinggal diam. Ancaman penyebaran ajaran komunis dari Timor Tmur harus dicegah. Hingga perang berkecamuk dalam Operasi Seroja.
Sembilan pesawat C-130 Hercules TNI AU pun dikerahkan. Pesawat-pesawat perang itu mengangkut pasukan lintas udara yang akan berhadapan dengan pasukan Tropaz. Pasukan ini dipersenjatai oleh Fretilin.Â
Rupanya pasukan Tropaz yang terlatih dan memiliki pengalaman tempur di Mozambique dan Angola sudah bersiaga. Mereka lebih dulu menembaki badan-badan pesawat Hercules TNI AU. Â
Keruan saja, penerjunan pasukan Grup I Kopassandha TNI ke Kota Dili diurungkan, dan dialihkan ke Kupang. Hujan peluru yang ditembakkan pasukan Tropaz benar-benar sukar untuk ditembus.Â
Namun, Mayor Atang Sutresna memutuskan tetap terjun bersama anak buahnya. Dia mengemban tugas merebut sejumlah lokasi strategis, termasuk kantor gubernur, lapangan terbang, dan pelabuhan di Kota Dili.Â
Begitu melompat dari pesawat, Mayor Atang dan anak buahnya langsung diberondong tembakan pasukan Tropaz. Tiada henti-hentinya mereka harus menghindar dari kejaran pelor-pelor ganas itu. Namun, beberapa orang gugur saat payung parasut mereka masih terkembang di udara. Mendengarnya aku mendesah dan mengelus dada. Â