Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Pilkada Depok 2020 Zona Merah, Begini Protokol Kesehatan Covid-19 di Wilayah Saya

9 Desember 2020   09:46 Diperbarui: 9 Desember 2020   16:49 1168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Depok, Jawa Barat, tempat wilayah saya tinggal, saat ini masih dalam zona merah Covid-19. Meski demikian, hari ini, Rabu (9/12/2020), Kota Depok tetap mengadakan pemungutan suara untuk memilih Calon Wali Kota Depok dengan nomor urut 1 Pradi Supriatna yang berpasangan dengan Afifah Alia, dan nomor urut 2 pasangan Mohammad Idris-Imam Budi Hartono.

Pasangan Mohammad Idris - Imam Budi Hartono diusung oleh partai politik PKS, Partai Demokrat, PPP dan Partai Berkarya. Sedangkan pasangan Pradi Supriatna dan Afifah Alia diusung oleh Gerindra, PDIP, PAN, Golkar, PKS, PSI, dan sejumlah partai nonparlemen.

Terus terang, saya tidak terlalu antusias mengikuti "pesta rakyat" ini. Mungkin karena dibayang-bayangi Covid-19, dan saya juga kurang mengenal lebih jauh sosok para calon yang akan memimpin wilayah Depok. Meski demikian, saya tetap harus memberikan suara saya untuk Kota Depok yang lebih baik.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Saya pun menuju Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang sudah ditentukan. Lokasinya tidak begitu jauh dari rumah saya. Hanya sekitar 5 rumah dari saya. Jadi, saya agak santai, tunggu mood saya oke, baru saya jalan. Maklum, hujan selama 4 hari ini mengguyur Kota Depok, jadi suasananya bikin saya malas.

Kalau suami saya sudah tiba lebih awal karena menjadi panitia pemungutan suara. Dari kemarin, suami saya memang sibuk. Selain ikut membantu mendirikan tenda, juga menyebarkan surat pemungutan suara ke warga sesuai nama dan alamat. Suami saya juga sibuk ikut rapat untuk memastikan kesiapan "pesta rakyat" ini berjalan dengan baik dan lancar.

Saya pun tiba di TPS 51 dengan memakai masker dan face shield. Di lapangan Berlian Permata Depok berdiri tenda berwarna merah maroon yang cukup luas. Seperti tenda hajatan. Lalu saya diarahkan oleh petugas untuk mencuci tangan terlebih dahulu di tempat yang sudah disediakan. 

Setelah mengeringkan dengan tisu, suhu tubuh saya pun dicek. Petugas mengarahkan thermo gun ke punggung tangan saya. Hasilnya 32,4 derajat selsius. Hah, masa sih? Petugas menunjukkan thermo gun kepada saya untuk menyakinkan. Saya seperti orang yang tidak punya darah saja. Mungkin karena pengaruh cuaca yang dingin?

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Sebelum masuk ke tenda TPS, saya diminta pakai sarung tangan plastik transparan. Di meja juga tersedia masker, mungkin untuk pemilih yang tidak memakai masker. 

Kemudian saya dipersilakan masuk ke tenda lalu mendaftar dengan menyerahkan surat pemilihan atas nama saya. Setelah dicek, nama saya tercatat sebagai pemilih, lalu saya memberikan tanda tangan dengan pulpen yang saya bawa dari rumah seperti yang dianjurkan. 

Saya lantas diminta menunggu di tempat duduk yang sudah disediakan. Saya perhatikan, kursi yang satu dengan kursi yang lain berjarak. Tapi kursi-kursi itu kosong, hanya terisi oleh saya. Tidak ada kerumunan yang terlihat.

KPUD Depok sendiri memang sudah mengantisipasi. Guna menghindari potensi kerumunan, ditetapkan jumlah maksimal pemilih dan panitia di TPS sebanyak 500 orang. Tapi, di TPS saya jumlah panitia dan pemilih tidak sampai sejumlah itu.

Di formulir model C pemberitahuan memang tertera kolom kehadiran masing-masing pemilih datang pada waktu yang telah ditentukan KPPS. Mungkin itu sebabnya saya sampai di sini tidak ramai. Kemungkinan para tetangga saya datangnya agak siangan. Bisa jadi juga sudah ada yang memilih sebelum saya tiba.

Saya perhatikan panitia pemungutan suara memakai masker, face shield, dan sarung tangan. Jarak dengan petugas lain juga tidak berdekatan. Ya memang harusnya begitu. Panitia harus memberikan contoh yang baik kepada warga pemilih.

Lalu, nama saya pun dipanggil. Petugas memberikan selembar kertas surat suara yang terbuka untuk menunjukkan bahwa surat suara itu masih utuh. Karena suami saya juga belum memberikan suaranya, oleh petugas lain suami saya disarankan untuk memberikan suaranya sekalian mendampingi saya.

Suami saya di bilik suara (Dokumen pribadi)
Suami saya di bilik suara (Dokumen pribadi)
Kemudian, saya ke bilik suara, untuk menentukan suara saya diberikan kepada siapa. Ada tiga bilik suara. Saya di bilik suara sebelah kiri, suami di sebelah kanan, dan di tengah kosong.

Setelah berpikir dan menimbang-nimbang, dengan mengucapkan bismillahirahmanirrahim, saya pun menusuk salah satu nomor. Apakah nomor yang saya pilih sama dengan suami saya pilih, entahlah. Tidak ada diskusi di antara kami. Semuanya terserah kami hahaha...

Usai mencoblos, saya pun memasukkan surat suara di kotak suara yang tengahnya terlihat transparan. Kemudian, sarung tangan saya diminta untuk dibuang di tempat yang sudah ditentukan. 

Jika sebelumnya pemberian tinta biru biasanya dicelup, kali ini diteteskan di jari sebagai antisipasi penyebaran virus. Ini juga sebagai bukti saya sudah mencoblos, dan jaga-jaga jangan sampai saya atau warga lain memilih lagi.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Setelah itu, saya pun ke luar dari TPS. Saya perkirakan lamanya saya di TPS tidak sampai 15 menit, mungkin juga hanya 10 menit, atau kurang dari itu? Saya tidak menghitungnya persis. Yang saya perhatikan sedari tadi protokol kesehatan Covid-19 yang begitu ketat diterapkan. 

Baguslah. Jadi, kekhawatiran saya Pilkada Depok 2020 akan memunculkan kerumunan tidak terbukti. Setidaknya di wilayah saya, Kelurahan Pondok Jaya, Kecamatan Cipayung. Entah di kecamatan dan kelurahan lain. Semoga saja demikian adanya. Dan semoga kekhawatiran munculnya klaster pilkada tidak terjadi. 

Seperti diberitakan, sejak pekan kedua November, Kota Depok mengalami lonjakan pesat kasus positif Covid-19 akibat libur panjang. Total kenaikan jumlah pasien sejak awal lonjakan mencapai 1.362 kasus, dari 1.006 kasus pada 11 November menjadi 2.368 kasus per kemarin. 

Kemarin, Pemerintah Kota Depok mencatat 259 kasus baru Covid-19. Jumlah ini adalah yang tertinggi sejak 27 September sekaligus temuan kasus baru terbanyak kedua selama pandemi. (Kompas.com, 9/12/2020).

Saya berharap Pilkada kali ini, khususnya di kawasan Kota Depok bisa berjalan lancar. Mudah-mudahan semua berjalan dengan tertib dan tentu saja adil. 

Calon yang akhirnya terpilih, semoga menjalankan amanah ini dengan baik dan penuh tanggung jawab. Semua janji-janji kepada warga saat kampanye harus direalisasikan. 

Karena janji itu adalah hutang, dan hutang itu harus dibayar. Jika tidak, nanti di akhirat dimintai pertanggungjawabannya. Tidak mau kan suara-suara rakyat yang kecewa membuat timbangan amal perbuatan berat oleh keluh kesah rakyat?

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun