Marga T adalah novelis yang sangat legendaris dengan karya-karyanya yang selalu memberikan inspirasi bagi para penggemarnya. Saya sendiri adalah pengagum Marga T sejak karya pertamanya, Karmila tayang sebagai cerita bersambung di Harian Kompas pada tahun 1971-1972.Â
Saat itu saya yang masih sedang masa-masa puber siswa SMP kelas 3, membaca Karmila setiap hari sebagai cerita bersambung di Harian Kompas, menjadi keasyikan tersendiri. Tahun 1973 Karmila menjadi novel dibukukan oleh Gramedia Pustaka Utama (GPU).Â
Novel ini memberikan inspirasi bagi saya sehingga rajin membuat cerita pendek atau puisi yang ditulis tangan di atas lembar-lembar buku tulis bergaris.Â
Satu novel lagi yang menjadi favorit adalah Badai Pasti Berlalu terbit tahun 1974. Kedua novel tersebut juga sukses ketika dijadikan sebuah film layar lebar. Baik Karmila maupun Badai Pasti Berlalu adalah film yang sangat populer sukses sebagai film box office. Â
Pada tahun tersebut ada cerbung Cintaku di Kampus Biru juga tayang di Harian Kompas. Karya Ashadi Siregar ini juga banyak penggemarnya seperti halnya cerbung Karmila.Â
Dulu saya punya koleksi 2 buku novel Marga T tersebut. Namun ketika dipinjam teman kuliah, hingga kini ternyata belum dikembalikan.Â
Itulah sebabnya ketika saya mendapatkan hadiah voucher Gramedia dari Kompasiana maka tidak menunggu waktu lama bersegera menuju Toko Gramedia terdekat untuk memburu buku Novel Karmila dan Badai Pasti Berlalu.Â
Namun ketika mencari dua novel tersebut, ternyata alih-alih mata tertuju pada karya terakhir Marga T yaitu sebuah memoar yang berjudul Seandainya. Sebuah buku yang lebih menarik untuk dibaca.Â
Mari kembali kita bahas tentang Marga T. Sebuah buku saat ini ada di tangan saya berjudul Seandainya Sebuah Memoar. Ini adalah buku karya terakhir seorang Marga T sebelum sosok novelis ini meninggal dunia pada 17 Agustus 2023.Â