Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Schein-Bushaltestelle, Halte Semu untuk Pasien Demensia di Jerman

23 Maret 2025   03:51 Diperbarui: 24 Maret 2025   11:47 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Schein-Bushaltestelle, Halte Semu untuk Pasien Demensia di Jerman | Foto: commonswikimedia.org/Superbass—

"Tschüss!" 

Seorang perempuan yang saya taksir usianya akhir delapan puluh tahun itu mengucapkan salam perpisahaan. Perempuan itu berpakaian rapi dengan tas tangan dan tampak sehat itu tersenyum kepada kami sambil melambaikan tangannya sebelum keluar pintu. 

Saat itu saya sedang berada di satu toko kecil yang menjual produk lokal di kota dekat rumah. Saya masih melihat-lihat barang yang dijual di toko itu. Ketika tiba-tiba ada suara yang sama yang saya dengar. Ucapan salam perpisahan yang sama dari suara perempuan yang belum lama keluar tadi.

Benar. Perempuan itu telah kembali dan melakukan hal yang sama, mengucap salam dan meninggalkan ruang toko. 

Pemilik toko, mengatakan perempuan itu penderita demensia. Dia tinggal di apartemen yang bersebelahan dengan toko itu. Pintu keluar yang dulu biasa digunakan adalah pintu toko itu. 

Hal ini mengingatkan saya ketika mendiang ibu mertua dirawat di panti. Saat berkunjung, saya kadang melihat seorang pasien yang berpakaian rapi, mengucapkan salam perpisahan, lalu keluar pintu gedung dan akan kembali melakukan hal yang sama berkali-kali.

Penderita demensia biasanya ingin terus beraktivitas seperti yang mereka lakukan sebelumnya. Karena itulah kita sering mendengar penderita demensia yang tiba-tiba pergi dan tidak kembali pulang ke rumah. 

Banyak keluarga yang mendesain rumah mereka dengan menyamarkan pintu agar tidak gampang dikenali oleh anggota keluarga yang menderita demensia. 

Banyak cara dilakukan, misalnya dengan menggunakan kode angka untuk membuka pintu, atau menutup pintu dengan meletakkan rak buku dan menggunakan pintu lain untuk keluar masuk. 

Memang tidak gampang menghadapi situasi seperti ini. Rasa-rasanya berat untuk melakukan pengawasan selama 24 jam terhadap anggota keluarga yang menderita demensia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun