Mohon tunggu...
Ditta Atmawijaya
Ditta Atmawijaya Mohon Tunggu... Editor

Pencinta tulisan renyah nan inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Resi Tanah dan Rinai

16 Juli 2025   13:45 Diperbarui: 17 Juli 2025   19:09 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di balik resi tanah yang menguar, ada rinai yang tak sempat menyebut namamu | Pexels/Khoa Võ



Terkadang, aroma tanah setelah rinai lebih jujur dari ucapan manusia.
Dalam diam, ia merangkul, mengendap, lalu hilang ...
Seperti rindu yang tak pernah sempat menjadi sapa

Resi tanah menguar, kala rinai membasah bumi.
Raksinya membuat jiwaku melindap.
Adakah aku pun seharum dan seindah itu untukmu?

Aku tak tahu, apakah kehadiranku diam-diam kau rindukan
seperti tanah menunggu gerimis—
tak pernah meminta, tapi selalu menyambut.

Aku hanya tahu, saat kau datang, aku tak berkata.
Tapi jiwaku mekar perlahan,
seperti aroma bumi setelah hujan.

Wahai, sang pemilik hati
Bila rindumu bukan untukku, tak apa
biar aku tetap di sini—mencintaimu dalam senyap
bersama sang bayu yang tak pernah mengadu

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Baca juga: Hidup Seperti Embun

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun