Mohon tunggu...
Zuni Sukandar
Zuni Sukandar Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru SLB

Lahir di Magelang, 20 Mei 1971, SD-SMP di kota yang sama, S-1 di Jogjakarta, saat ini mengajar di SLB Maarif Muntilan sebagai guru tunanetra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Mbak Pur

5 Oktober 2022   14:07 Diperbarui: 15 Oktober 2022   21:45 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi hujan deras. (sumber: AFP via kompas.com)

Namun, entah ada permasalahan apa, hampir seminggu ini Pak Rian tidak pulang ke rumah, mungkin karena urusan bisnis, atau ada kepentingan lain. Satu yang kutahu, beberapa hari yang lalu, suami istri itu terdengar adu mulut di tengah malam saat anak-anak terlelap dalam mimpi.

Meskipun aku tidak mendengar secara jelas apa yang menjadi bahan pembicaraan itu, tetapi keduanya adu mulut dengan suara yang cukup tinggi, sehingga membuatku terbangun di tengah malam yang sepi. 

Kamarku yang berada di bagian belakang dengan jarak cukup jauh dari pertengkaran mereka, akhirnya angin malam membawa suara itu menyusup dalam kamar. Kebetulan aku terbangun karena mendengar isak tangis seorang perempuan.  Setelah kuperhatikan ternyata yang tersedu adalah Bu Mila.

Aku tidak berani mendekat atau menguping pembicaraannya. Bu Mila sesekali terdengar mengaduh kesakitan. Hm ... apakah Bu Mila mendapat perlakuan tidak baik, atau dipukuli? Ah, kok aku jadi kepikiran pada perempuan itu. 

Padahal hampir tiap hari ucapannya menyakitkanku, tetapi pada saat seperti ini aku merasa tidak tega, terlebih pada kedua putrinya, batinku makin mengembara jauh tanpa arah membanyangkan kepedihan hati seorang perempuan.

Dengan langkah sedikit berjingkat  karena takut mengusik Bu Mila dan Pak Rian, aku segera mengambil air wudu, dan salat di kamar. Beberapa saat, isak tangis itu sudah tidak terdengar lagi. Aku mulai bersyukur mungkin kemarahan keduanya mulai mereda.

Namun, tidak lama kemudian, dari arah kamar mereka terdengar suara benda seperti dipukul keras hingga menimbulkan suara seperti letusan. 

Aku pun kaget dibuatnya. Dadaku terasa sesak. Tepat suara itu berbunyi, kedua putri Bu Mila pun terbangun. Mereka mencari ibunya sambil menangis karena ketakutan.

Sempat bingung juga untuk bersikap. Sigap aku berlari mendekati kedua anak itu. Mau tak mau segera kuraih tangan mereka dan digandeng erat menuju kamar. 

Tangan bergetar karena takut dan beribu rasa yang muncul saat berhadapan dengan Bu Mila dan Pak Rian yang sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja.

"Yuk, kita tidur lagi di kamar Mbak Purwanti, ya? Nanti kuceritakan dongeng indah tentang raja dan permaisuri yang sedang mengunjungi suatu negeri," bujukku untuk meredam ketakutan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun