Mohon tunggu...
Zuni Sukandar
Zuni Sukandar Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru SLB

Lahir di Magelang, 20 Mei 1971, SD-SMP di kota yang sama, S-1 di Jogjakarta, saat ini mengajar di SLB Maarif Muntilan sebagai guru tunanetra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Mbak Pur

5 Oktober 2022   14:07 Diperbarui: 15 Oktober 2022   21:45 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi hujan deras. (sumber: AFP via kompas.com)

Apalah arti seorang asisten rumah tangga yang hanya seorang pelayan, terlahir dari desa, dan pendidikan juga sangat rendah, hanya lulusan SD.  Percuma jika berdebat dengan orang pintar, kaya, serta punya posisi penting di masyarakat.

Kedua anak Bu Mila masih asyik menikmati curahan air dari langit, tanpa mempedulikan kemarahan ibunya. Gelak tawa, sorak gembira, dan kadang jerit keduanya tidak dapat menghalangi niat mereka untuk bermain di halaman rumah yang cukup luas. Beberapa alat bermain pun dibawa untuk menadahkan air hujan.

 Hujan siang ini memang agak beda. Lebih lebat dan air terasa lebih dingin. Bahkan dari berita di media sosial di  beberapa daerah terjadi hujan es, artinya ada bongkahan es meskipun berukuran kecil. Pantas saja udara begitu dingin.

Sebelum Bu Mila melanjutkan kemarahannya pada sesi kedua, aku tahu diri.  Buru-buru mengambil payung dan jas hujan yang tersimpan di kamar belakang. 

Dari dalam rumah, kuayunkan kedua tangan memberi isyarat pada anak-anak agar segera berhenti bermain hujan.  Payung berukuran  agak besar segera kukembangkan untuk menjemput Fani dan Nita.

Kudekati mereka dengan bujuk rayu agar segera menepi. Bibir kedua anak itu sudah membiru, mungkin  mulai kedinginan.

"Ayo segera mandi air hangat. Tuh, Ibu sudah datang, keburu dimarahi nanti."

Kuiringkan kedua anak perempuan itu untuk langsung masuk ke kamar mandi. Handuk tebal dan pakaian sudah kusiapkan.

"Keramas sekalian ya, biar nggak pusing. Nanti habis mandi terus seluruh badan dioles minyak kayu putih. Minum air jahe dan istirahat," kataku sambil meratakan sabun pada  tubuh Fani dan Nita. Untung saja kedua anak itu tidak banyak protes.

Dari dalam kamar depan Bu Mila ternyata belum berhenti mengomel. Mungkin sedang suntuk karena pekerjaan yang menumpuk serta beban pikiran. 

Perempuan bertubuh tinggi dan kekar itu akhir-akhir ini terlihat banyak melamun dan jarang tersenyum, membuatku makin ciut untuk sekadar menyapa. Pak Rian_suami Bu Mila bekerja sebagai pengusaha mebel. Pak Rian sering keluar kota sampai beberapa hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun