Mohon tunggu...
Zuni Sukandar
Zuni Sukandar Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru SLB

Lahir di Magelang, 20 Mei 1971, SD-SMP di kota yang sama, S-1 di Jogjakarta, saat ini mengajar di SLB Maarif Muntilan sebagai guru tunanetra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hanyut di Sungai

22 Maret 2021   07:38 Diperbarui: 22 Maret 2021   07:56 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah pemerintah mengumumkan kondisi new normal, Pak Beni mengajak keluarganya berkunjung sekaligus berlibur ke rumah nenek di kampung. Desa tempat tinggal Nenek Ipah  menawarkan pemandangan yang cukup indah. Tumbuhan yang menghijau, sawah, kolam, sungai, bahkan air terjun juga ada. Rasanya tidak ingin pulang jika sudah sampai di rumah Nek Ipah.

Perjalanan menuju rumah Nek Ipah cukup lancar. Meski memakan waktu cukup lama karena kebetulan berbarengan hari libur, tetapi sangat  menyenangkan.

Nek Ipah telah menyambut di depan rumah. Setelah bersalaman, Pak Beni sekeluarga langsung masuk rumah. Mobil diparkir di halaman depan yang cukup luas, tetapi teduh karena banyak pohon buah seperti rambutan, sawo, melinjo,  dan kelapa.

"Nek, nanti Arya akan bermain di  sungai sambil mencari ikan," pinta Arya yang dijawab  anggukan oleh Nek Ipah.

"Hati-hati ya Arya. Meski sungai itu tidak terlalu besar, tetapi kadang juga airnya deras," kata Nek Ipah mengingatkan.

Setelah berganti pakaian, Arya menemui beberapa anak tetangga Nek Ipah yang sebaya umurnya. Mereka merencanakan bermain di sungai dan sekitarnya. Arya membawa pancing juga untuk mengail ikan.

Budi, Jimmy, Santoso dan Arya berjalan menuju sungai. Sungai yang tidak terlalu besar, tetapi banyak batu-batu besar di dalamnya. Nama sungai itu Lamat. Orang lebih mengenal dengan sebutan Kali Lamat. Menurut sejarah, di sekitar sungai itu, banyak ditemukan makam para syuhada ketika berperang melawan Belanda. Sebagai syuhada, mereka langsung dimakamkan di sekitar sungai Lamat.

Arya,  karena terbiasa hidup di kota tentu sangat tergoda dengan pemandangan sungai yang saat itu airnya jernih. Beberapa saat setelah menikmati alam sungai, Arya pun ingin sekali mandi karena cuaca cukup panas.

"Bud, mandi yuk! Panas sekali hari ini," ajak Arya pada Budi.

Mereka berempat akhirnya melepas pakaian dan langsung masuk ke sungai sambil mencari ikan. Canda, tawa dan kadang sorak gembira terlihat dari keriangan mereka. Budi, Jimmy, Santoso memang sudah jago berenang, jadi tidak masalah ketika menuju ke bagian sungai yang agak dalam. Arya ternyata mengikuti jejak ketiga sahabatnya. Tiba-tiba, tubuh Arya terseret arus sungai yang agak deras.

"Tolong ... tolong ...!" jerit Arya sekuat tenaga mencari bantuan teman-temannya. Arya sudah minum air sungai cukup banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun