Mohon tunggu...
Zuni Sukandar
Zuni Sukandar Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru SLB

Lahir di Magelang, 20 Mei 1971, SD-SMP di kota yang sama, S-1 di Jogjakarta, saat ini mengajar di SLB Maarif Muntilan sebagai guru tunanetra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rahasia Ibu

20 Maret 2021   17:32 Diperbarui: 20 Maret 2021   17:35 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dyah, nama gadis hitam manis yang akan dinikahi Mas Sony memang pernah diajak ke rumah untuk dikenalkan dengan keluarga. Terakhir diketahui bahwa  ternyata Dyah  anak Pak Makmur.

Dengan sangat hati-hati, aku coba mendekati Ibu. Aku ingin mendapatkan informasi yang terpercaya dari Ibu, mengapa tiba-tiba saja tidak mau hadir pada pernikahan Mas Sony. Selama ini Ibu tidak pernah bercerita banyak tentang sejarah kelamnya di masa lalu. Akhirnya aku pun diajak ke kamar, tanganku digenggamnya erat. Mungkin karena saking percayanya Ibu padaku, maka cerita itu pun begitu saja mengalir.

Pandangannya menerawang jauh, seakan membuka kembali lipatan kenangan yang telah terkubur sekian puluh tahun. Dadanya kembang kempis, seakan menahan rasa dendam yang kian membara.

Aku sempat menitikkan air mata ketika Ibu bercerita banyak tentang masa lalunya yang kelam karena kegadisannya telah direnggut oleh lelaki yang kini menjadi Bapak  dari Mbak Dyah. Pak Makmur, dulu teman sekolah Ibu. Pak Makmur selalu berusaha mendekati Ibu. Berbagai cara ditempuhnya. Ketika bermain di rumah, keadaan sepi, peristiwa yang tidak pernah diduga itu pun terjadi. Seperti kerasukan setan Pak Makmur melaksanakan aksinya.

Ibu mendapat minuman yang telah dicampur dengan obat hingga kepalanya terasa pusing, dan tidak lama kemudian jatuh tidak sadarkan diri. Pak Makmur pun berusaha merenggut kegadisan Ibu, setelah berhasil melampiaskan nafsunya pergi begitu saja. Ibu tersadar beberapa jam kemudian, dan yang dapat dilakukan hanya menangis dan menyesali peristiwa naas itu.

Selama itu pula Ibu tidak pernah menyampaikan hal ini pada keluarga. Rasa malu dan kotor telah terpatri di hati Ibu. Pernikahan Mas Sony seakan membuka kembali cerita pahit yang terlalu sulit dilupakan.

"Apakah Ibu salah, jika tidak hadir pada pernikahan Sony, San?"

Butir bening menetes di kedua netra Ibu. Perempuan tegar yang telah melahirkanku itu, ternyata begitu lembut hatinya, sekaligus  banyak terluka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun