Mohon tunggu...
Zuni Sukandar
Zuni Sukandar Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru SLB

Lahir di Magelang, 20 Mei 1971, SD-SMP di kota yang sama, S-1 di Jogjakarta, saat ini mengajar di SLB Maarif Muntilan sebagai guru tunanetra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saat Kuntilanak Bosan

12 Februari 2021   12:26 Diperbarui: 12 Februari 2021   12:54 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Menjadi kuntilanak bagi Kuntali sudah sekitar sepuluh tahun yang lalu. Sejak kematiannya yang sangat tragis yaitu kecelakaan di jembatan kuno. Saat itu, Kuntali pulang kerja agak kemalaman, sekitar pukul sebelas malam. Lalu lintas juga tidak terlalu ramai. Kuntali terbiasa pulang malam sendirian, karena jarak rumah dan tempat kerja tidak terlalu jauh.

Dia berjalan di sepanjang trotoar yang sudah rapi karena baru saja ada perbaikan. Bahkan lampu kota juga masih terhitung baru. Mengenakan jaket untuk menahan dingin angin malam yang jahat, dia hibur dirinya yang sebenarnya agak ketakutan juga dengan menyenandungkan  sebuah lagu.

Beberapa puluh meter setelah perjalanan itu, tiba-tiba dari arah belakang sebuah mobil sedan dengan kecepatan tinggi agak oleng saat belok, dan tepat mengenai tubuh Kuntali. Tubuh perempuan itu terlepar beberapa meter, sesaat kemudian, pengendara sedan berhenti dan menyaksikan yang terjadi. Melihat korban nyawanya tinggal seperempat, maka dia segera masuk ke mobil, dan ... dengan kekuatan penuh tancap gas.

Ditinggalkannya Kuntali sendirian malam itu. Malam purnama yang menjadi saksi Kuntali menjadi korban tabrak lari. Perempuan berponi dan yang lebih suka pakai jeans itu jiwanya tidak tertolong. Sejak itulah, Kuntali resmi menjadi seorang kuntilanak.

Ada perasaan tidak nyaman ketika Kuntali mula-mula melakoni perannya sebagai kuntilanak. Baju atau kemeja dan jeans yang biasa dipakainya, kini harus diganti dengan pakaian panjang berwarna putih.

"Huh, gerah bener ya ternyata menjadi kuntilanak itu? Ehm ... tapi ada enaknya juga nih, bisa terbang ke sana ke mari hinggap di pohon lihat pemandangan indah. Eh, tapi indah gimana, wong malam-malam, kan gelap," protes Kuntali pada dirinya sendiri.

Saat Kuntali menjadi kuntilanak, banyak juga kunti-kunti lain yang merasa tersaingi di dunia horror. Maklum saja, Kuntali meski tidak terlalu cantik, tapi ramah dan pandai membawa diri, sehingga dalam waktu dekat sahabatnya kian bertambah.

Bisik-bisik dari dunia perkuntia-an, kini Kuntali memiliki banyak fans. Diam-diam Kuntali memiliki kemampuan atraksi yang luar biasa mengagumkam. Di dunia manusia, dulu Kuntali pernah mengikuti salah satu perguruan silat ternama hingga hampir pada puncak prestasi. Jadi maklum saja, meski penampilan biasa, Kuntali ternyata memiliki skill khusus.

Seperti biasa, setiap malam Jumat sehabis magrib, Kuntali dan teman-temannya mangkal pada tempat tertentu yang dianggap horror, menakutkan, keramat atau sejenisnya. Sambil membawa popcorn di tangan, dia asyik bersenandung. Sejak awal dia terbang dan hinggap di salah satu pohon yang belum ada penghuninya.

"Kupikir, bosan juga ya jadi kuntilanak. Saban hari kelayapan, terbang ke sana ke mari, menakuti manusia. Kali-kali mengajak manusialah misal bisa diajak kerja sama, lho mungkin ada yang mau?"

Kuntali tiba-tiba saja punya ide gila dan liar yang muncul tanpa dicolek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun