Pagi masih basah oleh air hujan yang sejak sore hari rajin menyapa. Tanah makin tampak hitam oleh percik air. Daun dan tanaman  tampak begitu segar oleh siraman air hujan. Air di sungai mengalir makin deras.
Di halaman Mas Sastro yang begitu luas dan ditumbuhi bermacam-macam tanaman buah tampak dihiasi binatang khas setelah hujan. Laron yang selalu menggoda anak-anak untuk mengejar dan menagkapnya. Berbekal plastik dan kipas dari bambu, anak-anak itu ramai berebut menangkap laron.
Ada rasa bahagia ketika berhasil menangkap laron itu. Derai tawa anak-anak pun membuat pagi yang dingin terasa lebih hangat.
"Nanti akan kuberikan pada ayamku," seru seorang bocah laki-laki yang terlihat kurus tubuhnya.
Dia berlari ke sana ke mari mengejar laron yang kadang meninggi kadang terbang rendah.
Laron yang sudah ditangkap dan dimasukkan ke plastik itu sebagian besar telah melepaskan sayapnya. Tubuh coklat kecil itu berjalan-jalan mengitari sisi  plastik bening .
Nano, laki-laki kurus tadi berusaha mengejar seekor laron yang terbang rendah dan kini masuk ke sebuah rumah kosong. Rumah kuno itu sudah lama ditinggalkan pemiliknya dan rencana ahli waris akan dijual. Namun sampai sekarang belum ada harga yang pas, jadi masih dibiarkan tanpa penghuni.
Nano membawa kipas dari bambu dan plastik  di tangan kirinya, kini masuk ke salah satu ruang yang terbuka.
Tanpa ada rasa takut dan perasaan-perasaan lain, Nano langsung masuk memasuki ruang kosong di rumah itu. Laron itu seakan memandu Nano untuk semakin jauh masuk ke dalam rumah kosong. Nano pun menelusuri ruang-ruang  kosong.
Hingga tiba-tiba, Nano dikejutkan dengan  hadirnya sesosok bayangan hitam besar bermata merah yang selama ini belum pernah dilihatnya.
Bayangan  hitam itu memandang Nano dengan mata nanar.
Tentu saja Nano ketakutan dan menjerit sekuat tenaga.
"Hah...!"
Nano pun lari sekuat tenaga keluar dari rumah kosong itu dengan napas yang tersengal. Laron dan wadahnya terpental jatuh entah di mana.
Sampai di luar, Nano menangis sekuat tenaga.
"Ha ha hantu ... hantu...!"
Bu Salma__ ibu Nano, yang sejak tadi bingung mencari anakny segera memeluknya erat.
"Ada apa, Nak? Kok kamu terlihat gelisah dan takut sekali?"
"Ada hantu, Bu, di rumah kosong itu," rengek Nano sambil jarinya menunjukkan rumah kuno tersebut.
Magelang, 24 Oktober 2020