Mohon tunggu...
Zuni Sukandar
Zuni Sukandar Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru SLB

Lahir di Magelang, 20 Mei 1971, SD-SMP di kota yang sama, S-1 di Jogjakarta, saat ini mengajar di SLB Maarif Muntilan sebagai guru tunanetra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bocah Si Peminta-minta

24 September 2020   10:44 Diperbarui: 24 September 2020   10:48 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jauh sebelum pandemi covid menorehkan sejarah di bumi ini, cerita ini sudah sering kudengar dari anakku. Anakku yang baru kelas tiga SD, bercerita panjang lebar tentang temannya. Mulanya aku sering tidak menggubris, tetapi lama-kelamaan menarik untuk dibahas serius.

Teman anakku bernama Andi. Rumahnya dekat  dengan tempat ziarah, yang banyak dikunjungi dari berbagai daerah, bahkan sampai luar provinsi. Hampir setiap saat tempat ziarah itu selalu ramai dikunjungi.  Namun ada beberapa bulan yang menunjukkan peningkatan signifikan, seperti menjelang ramadan.

Pada hari-hari tertentu, Andi kadang tidak masuk sekolah karena punya profesi baru. Berbekal kantung plastik atau tempat minuman bekas, Andi berpakaian agak lusuh  dan menempatkan diri di tempat ziarah tersebut. Mulai pagi sekitar pukul tujuh bahkan kadang-kadang lebih pagi, karena banyaknya peziarah sampai sore hari.

Setiap kali Bu  Guru memanggil nama Andi ketika pelajaran dimulai untuk presensi, anak-anak serempak menjawab dengan kalimat yang membuat guru bertanya-tanya.

"Ngemis, Bu!"

Bu Guru rupanya tidak begitu saja percaya dengan apa yang dikatakan beberapa muridnya di kelas.

Siang itu, Bu Guru sengaja  setelah pulang sekolah, langsung menuju tempat ziarah di mana Andi selalu berada di situ. Kedatangan Bu Guru tidak diketahui Andi. Bu Guru juga menyamar menjadi tamu yang hendak berziarah, dengan cara yang tidak dikenal Andi.

"Sedekah, Bu, sedekahnya," pinta Andi pada Bu Guru.

Beberapa anak seumuran Andi baik perempuan maupun laki-laki juga berprofesi seperti Andi.

Tanpa berbicara, guru memberikan beberapa lembar uang, dan langsung menuju tempat ziarah.

Beberapa detik sebelumnya, Bu Guru memperhatikan kelakuan Andi di tempat 'ngantornya' setiap hari Selasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun