Mohon tunggu...
M Zumar Feriyanto
M Zumar Feriyanto Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 2 Kembang

Guru smp Bimbingan dan Konseling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Best Practice "Stop Berbicara Kasar"

8 Desember 2022   20:24 Diperbarui: 8 Desember 2022   20:36 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kondisi yang menjadi latar belakang masalah

Berdasarkan hasil observasi secara langsung dilapangan, masih banyak terdapat peserta didik yang berbicara kasar di lingkungan sekolah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi peerta didik berbicara kasar diantaranya yaitu karena lingkungan sekitar, keluarga maupun teman. Hal tersebut tentu kalau dilakukan terus menerus akan menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Ditambah lagi dari latar belakang keluarga peserta didik yang beragam. Ada yang dari keluarga broken, kemudian karakter keluarga yang tidak baik, bahkan keluarga yang tidak memperhatikan anaknya. Hal tersebut dapat menjadikan sebab peserta didik berbicara kasar karena kurangnya perhatian dari keluarga maupun orang tua, sehingga peserta didik tidak mengetahui kalau perbuatan tersebut tidak baik atau salah.

Rendahnya tata krama dan sopan santun pada peserta didik semakin meresahkan dalam dunia pendidikan kini. Karena sudah seperti makanan sehari-hari dan peserta didik tanpa merasa bersalah sedikitpun apalagi sampai berfikir dosa atau tidak. Setiap orang tua pasti memiliki tanggungjawab untuk dapat mendidik dan membesarkan anak dengan baik, hal tersebut dimulai dari orang tuanya sendiri. Termasuk memberi contoh berbicara santun dan berperilaku yang baik karena sejatinya anak akan meniru orang tuanya sampai dewasa kelak. Faktor yang lain bisa dari kecerdasan, ilmu agama (akhlak), dan pengaruh media sosial.

Mengapa praktik ini penting untuk dibagikan?

Rencana layanan yang diberikan kepada peserta didik untuk menghindari kebiasaan berbicara kasar adalah dengan layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing. Topik yang diberikan adalah "Stop berbicara kasar, dengan santun berbicara". Harapannya dengan layanan ini peserta didik yang memiliki kebiasaan berbicara kasar dapat sadar dengan perilakunya yang menyimpang kemudian mengganti dengan berbicara yang santun. Dengan teknik role playing diharapkan peserta didik dapat mengekspresikan apa yang terjadi sesuai kenyataannya dan dapat menjadi pembelajaran kedepannya.

Teknik role playing diharpakan dapat menghidupkan dinamika kelompok sehingga efektif dalam pencegahan topik berbicara kasar. dapat menjadi contoh guru BK yang lain dalam menerapkan teknik tersebut.

Apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini?

Peran saya dalam proses pemberian layanan ini sebagai fasilitator dan motivator. Bimbingan Kelompok Teknik role playing di pilih dengan tujuan agar siswa lebih mampu merasakan atau menghayati kejadian yang sudah diperankan oleh teman kelompok dan mampu mengambil makna atau kesimpulan dari cerita yang sudah di perankan dalam layanan bimbingan kelompok. Diharapkan peserta didik tidak melakukan hal serupa lagi kedepannya, ketika sedang emosi bisa ditahan dan tidak perlu diluapkan dengan kata-kata kasar.

Kemudian dengan diskusi kelompok diharapkan peserta didik aktif berpendapat sehingga muncul beberapa faktor dan dampaknya, termasuk kejadian nyatanya di lapangan, akhirnya muncul solusi unutk diterapkan terhadap dirinya maupuun temannya. Pencegahannya seperti berlatih kontrol emosi, berfikir dua kali ketika mau berbicara kasar, istighfar, bisa menahan amarah, membiasakan berbicara yang santun, berfikir dampak buruk kedepannya, saling mengingatkan teman, dan memiliki prinsip agar tidak ikut-ikutan lingkungan sekitar.

Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? 

Tantangan yang dihadapi dalam proses layanan bimbingan kelompok adalah untuk menyiapkan anggota kelompok dalam memerankan role playing yang akan di mainkan. Karena peserta didik cenderung malu dan takut berekspresi ketika bermain peran yang menggunakan kata-kata kasar. Peserta didik yang memiliki masalah tersebut awalnya enggan mengikuti kegiatan karena takut di poin dan akan mempengaruhi kenaikan kelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun