Mohon tunggu...
Zul Hendri Nov
Zul Hendri Nov Mohon Tunggu... Freelancer - Belajar Menjadi Penulis

Belajar Menulis... Akun lama saya : https://www.kompasiana.com/zul_hendri_nov

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hari Guru dan Nasib Honorer

25 November 2019   10:34 Diperbarui: 25 November 2019   11:00 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diambil menggunakan Kamera Xiomi S2 | dokpri

Pertama, saya ucapkan selamat hari Guru 25 November 2019, bagi guru-guru yang rela mengabdikan diri untuk mendidik tunas bangsa. Kata pahlawan tanpa tanda jasa sangat cocok melekat pada mereka, karena berkat mereka, tunas bangsa bisa tumbuh dan menjadi "orang besar". tiada imbalan yang mereka harapkan kecuali mendapatkan kebahagian ketika bisa melihat anak didik mereka bisa tumbuh menjadi "orang" dan berguna bagi bangsa. dan tentu saja mereka akan menangis ketika, anak didik mereka yang sudah menjadi orang masih ingat dengan gurunya lalu mencium tangan gurunya.

Dengan segala problemnya, mereka siap mengabdikan diri bagi bangsa ini, agar tunas-tunas itu bertumbuh dengan baik. Penghormatan terbesar saya, saya alamatkan kepada para pendidik, yang bukan hanya sekedar pengajar. sebab, saya meyakini dua kata ini bila dipisah memiliki makna dan implikasi yang berbeda. saya memaknai, pengajar hanya mentransfer pengetahuan berbasis potensi dan keahlian bidang, sedangkan pendidik adalah mereka yang mengajar sekaligus menanamkan nilai-nilai kepada murid-muridnya. 

Dalam bahasa jawa, pengertian guru berasal dari kata digugu dan ditiru. Digugu  artinya wadah atau tempat mencari ilmu, sedangkan ditiru adalah diikuti atau menjadi pedoman bagi murid-muridnya. Problem dan fenomena guru milinenials hari ini adalah, kata ditiru, dimana seorang guru harus mencontohkan sikap sebagaimana seorang pendidik yang semestinya. selanjutnya, problem yang lebih memprihatinkan adalah megenai kesejahtraan kehidupan guru-guru honorer. Pendapatan guru honorer yang rela dan ikhlas bekerja mendidik tunas bangsa hanya dibayar dengan sukarela dan kesanggupan tempat dimana ia bekerja.

Sungguh ironi, ditengah gemerlap penghargaan Presiden kepada para anak muda milenilas yang diangkat menjadi staf kusus kepresidenan. mereka dianggap menjadi pelopor perubahan dengan gebrakannya, lalu digaji dengan uang yang cukup fantastis. bila dibandingkan dengan gaji guru honorer, mungkin sebulan gaji para milenials tersebut setara dengan seumur hidup pengabdian mereka, dan bahkan tidak cukup usia guru-guru honorer tersebut untuk mengumpulkan uang sebanyak itu. Perlu saya batasi, Guru honorer yang saya maksud adalah mereka pendidik dipelosok-pelosok negeri, yah kalau yang di ibukota mungkin mereka sudah Sejahtera.

entah berapa banyak murid, atau siswa yang telah mereka didik. Entah berapa, banyak juga siswa yang mereka didik, mungkin sudah menjadi orang besar. entahlah, mungkin hanya Tuhan yang tau ketulusan dan telah menyiapkan kado terindah untuk para pendidik yang ikhlas tersebut.

Beberapa hari lalu, saya membaca berita, mendikbud yang  baru akan menaikan gaji para guru honerer. sekilas, bila dilihat memang ada upaya dan angin segar yang tengah diupayakan oleh mentri yang masih muda tersebut. namun, hal lain diluar gaji yang perlu menjadi pertimbangan oleh Pak Mentri adalah berkenaan dengan Jam mengajar dan pola pembagian tugas mereka dengan guru-guru PNS yang juga sudah tesertifikasi. Sebab, mengenai pembagian tugas ini, guru honorer yang saya temui lebih banyak jam mengajar dari pada guru-guru PNS tersebut. 

Problem bangsa ini yang masih memprihatinkan, dibalik tujuan bernegara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. negara masih belum hadir dan memperioritaskan mereka. tak bisakah bangsa ini belajar, kenegara Jepang beberapa saat setelah negara itu dijatuhi bom atom di kawasan Nagasaki dan Hiroshima? apa yang diperbuat dan dipertanyakan oleh pemerintah jepang? mereka menanyakan berapa jumlah guru yang masih tersisa. Jepang mengetahui betul, bagaimana pentingnya guru bagi generasi penerus mereka.

Sebagai alternatif dan kesimpulan tulisan ini, saya berharap agar kedepanya, kehidupan guru-guru diperioritaskan lagi. terutama, guru honorer, berikanlah mereka kado terindah ya, minimal diangkat menjadi PNS bagi mereka yang telah memenuhi kriteria dengan waktu pengabdian yang panjang tampa harus dibelit oleh prosedur administrasi CPNS yang akan mempersulit juga bagi mereka.

Kenepa demikian? ya test CPNS bagi mereka yang telah mengabdikan diri bertahun-tahun akan terasa menyulitkan. karena perbedan fokus kompetensi yang mereka miliki sehingga takan mudah bila harus bersaing lagi dengan CPNS yang baru fresh Pasca Studi. berikan penghargaan negara dengan jaminan hari tua melalui uang pensiunan, sebagai kado bagi mereka yang mengabdi dengan ikhlas puluhan tahun dengan gaji dan pendapatan seadanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun