Mohon tunggu...
Zulham Mahasin
Zulham Mahasin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

..adalah seorang mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Iowa State University, Amerika. Juga aktif sebagai tenaga pengajar pada Fakultas Pertanian Universitas Ichsan Gorontalo.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Hak Mahasiswa Berambut Panjang Dipangkas

23 September 2015   11:29 Diperbarui: 23 September 2015   13:22 4807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, shutterstock

shutterstock.

Beberapa hari lalu, seorang kawan dekat saya saat kuliah S1 dulu mengetag saya pada sebuah gambar larangan yang dipajang di kampus kami dulu. Dalam larangan tersebut tercantum; “Mahasiswa Berambut Gondrong dilarang Masuk diruang Perpustakaan ini”. Beberapa kawan lain lantas merespon, menunjukkan kekhawatiran akan semakin meningkatnya gondrongphobia didalam lingkungan kampus.

Saya lantas teringat semester lalu ketika saya mengambil mata kuliah seminar 1 SKS tentang etika. Dalam salah satu pertemuan, seorang dosen tamu memaparkan tentang bentuk-bentuk diskriminasi yang kerap terjadi di lingkungan kampus, dan pentingnya untuk menangani diskriminasi tersebut untuk menciptakan atmosfer belajar yang kondusif. Melalui presentasinya ini pula, saya mengetahui bahwa di kampus Iowa State University ini ada sebuah lembaga bernama Office of Equal Opportunity yang menangani kasus-kasus diskriminasi yang terjadi di dalam kampus. Awalnya saya mengira lembaga tersebut bekerja sebagai "polisi kampus" yang bertugas hanya untuk melindungi mahasiswa terhadap diskriminasi mahasiswa lainnya. Namun saya keliru, sebab lembaga tersebut ternyata bukan hanya untuk mahasiswa tetapi seluruh sivitas kampus baik mahasiswa, dosen, maupun staff universitas.

Memang, dalam prinsip keadilan dan kesetaraan, semua orang baik ia mahasiswa, dosen, maupun staf memiliki kedudukan yang sama. Mereka sama-sama wajib berbuat adil, dan berhak diperlakukan adil oleh siapa saja. Salah satu contoh dalam mata kuliah misalnya, bukan hal baru di kampus ini jika ada seorang mahasiswa yang merasa diperlakukan tidak adil, baik mengenai materi kuliah, akses terhadap sumber materi, maupun nilai akhir, ia berhak melayangkan protes bukan hanya kepada dosen yang bersangkutan, tetapi juga dapat mengajukan keberatan melalui lembaga tersebut dan meminta pengusutan sekiranya ia merasa bahwa dirinya yang benar. Tanpa pandang bulu, lembaga ini bekerja untuk mengusut prilaku diskriminasi untuk dijatuhi hukuman setimpal.

Terlepas dari benar tidaknya gambar larangan tersebut, diskriminasi dalam kampus memang telah menjadi kekhawatiran saya bahkan sejak jaman mahasiswa S1 dulu. Mahasiswa gondrong kerap mendapatkan perlakuan yang tidak adil, seperti larangan masuk kuliah, hingga dilarang mengikuti ujian. Semenjak menjadi dosen, saya pribadi tidak pernah mempersoalkan masalah rambut mahasiswa, sebab itu menjadi urusan privasi mereka masing-masing.

Dalam sebuah artikel penelitian di University of Saskatchewan di Kanada yang berjudul “Length of Hair And Beardedness as Determinants of Personality Impressions”, dipaparkan bahwa salah satu golongan yang sering menjadi korban diskriminasi, bahkan dalam lingkungan akademik sekalipun adalah mahasiswa berambut gondrong. Stereotype negatif tentang gondrong memang masih sering menjadi persoaloan bukan hanya di Indonesia tetapi juga didunia barat.

Meski begitu, impresi negatif tentang gondrong tidak dapat menjadi alasan untuk berlaku diskriminatif kepada mahasiswa. Kampus mestinya mengedepankan intelektualitas dibanding urusan-urusan tidak penting seperti masalah rambut. Bisa dibayangkan, mahasiswa yang mengamini diskriminasi ketika kuliah, akan menjadikannya pembenaran jika ia juga melakukan dsikriminasi ketika didunia kerja kelak

Oleh karena itu, sungguh ironis jika prilaku diskriminasi terjadi di kalangan kampus dan dilakukan oleh birokrasi kampus. Sebab, idealnya kampus sebagai ruang belajar justru merupakan sarana yang tepat untuk memperkenalkan semangat keadilan dan anti diskriminasi kepada mahasiswa. Karena jika tidak begitu, maka tepatlah anekdot lama yang mengatakan “Nenek ingin saya pintar, karenanya nenek melarang saya bersekolah”. Maju gondrong!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun