Mohon tunggu...
Alex Journey
Alex Journey Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Travel writer

Menulis perjalanan, budaya, dan wisata Indonesia dan Asia.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Covid-19 Pulau Rote, Waspada "Bom Waktu" di Wilayah Pelosok Indonesia

25 Januari 2021   11:14 Diperbarui: 25 Januari 2021   11:41 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua pekan setelah awal vaksinasi, kasus Covid-19 di Indonesia masih relatif tinggi. (Antara Foto/Asprilla Dwi Adha)

Hampir dua pekan setelah Presiden Jokowi menjadi orang pertama yang disuntik vaksin Sinovac di Indonesia, tren kasus Covid-19 nasional masih tinggi.

Bahkan kebijakan PSBB (atau apapun istilahnya) Jawa Bali selama dua pekan - kemudian diperpanjang sampai 8 Februari, masih disertai kabar tingginya tingkat keterisian rumah sakit untuk penderita Covid-19.

Kejadian di Depok seorang pasien Covid-19 meninggal di taksi karena kapasitas RS penuh, hal ini patut menjadi warning bersama.

Kalau di Jawa dan Bali - di mana ketersediaan fasilitas, tenaga medis, dan edukasi masyarakat dianggap memadai, masih banyak ditemui kasus-kasus seperti di atas, lantas bagaimana dengan daerah-daerah di pelosok Indonesia?

Dikabarkan Merdeka.com, ada keluarga di Pulau Rote, Nusa Tengara Timur, yang membawa pulang jenazah pasien Covid-19 tanpa alat pelindung diri (APD) dan hanya mengenakan masker.

Aksi itu dipicu kekecewaan terhadap pihak RSUD Ba'a yang tidak menjelaskan status pasien hingga meninggal dunia. "Tadi malam almarhum masih tidur bersama cucunya di atas tempat tidur di ruang IGD", ujar kerabat korban.
 
Menurutnya, sejak almarhum masuk rumah sakit pada Jumat (22 Januari), pihak rumah sakit tidak pernah menjelaskan status pasien apakah Covid-19 atau tidak. Namun saat meninggal, baru diberitahu bahwa korban terpapar Covid-19.

Seorang kawan yang tinggal di Flores mengatakan, belum lama ini sejumlah dokter dan tenaga medis di Ruteng sempat tidak mau bertugas lantaran fasilitas dan APD yang minim, sementara kasus positif Covid-19 terus naik.

Di Kabupaten Sikka, seorang biarawati dikabarkan meninggal karena Covid-19. Hal ini menimbulkan kekhawatiran karena terkait aktivitas pelayanan dan interaksi dengan banyak orang.

Saat tinggal beberapa hari di Rote bulan Desember lalu, saya sempat berbincang dengan warga setempat. Selain mematikan sektor wisata, warga berharap tidak sampai ada kasus Covid-19 di Rote karena minimnya fasilitas kesehatan.

"Di sini (Nembrala) rumah sakit jauh. Kalau sampai ada yang kena corona, kita pasti kesusahan semua karena bisa cepat nyebar dan lockdown total," kara warga tersebut.

Cukup mengkhawatirkan memang bila melihat tren kasus Covid-19 di daerah, apalagi tempat atau pulau dimana akses kesehatan jauh dan sarana transportasi yang minim.

Kalau di Jawa Bali vaksinasi belum merata, bagaimana daerah-daerah seperti Pulau Rote ini. Jangankan vaksin, sekedar fasilitas untuk nakes, APD, ruang isolasi, ICU, hingga swab antigen pun masih sangat minim.

Kiranya kejadian pengambilan jenazah pasien Covid-19 di Pulau Rote menjadi concern bersama atas bahaya "bom waktu" penyebaran Covid-19 di wilayah-wilayah terpencil, khususnya di Indonesia bagian timur dengan akses dan sarana kesehatan yang masih minim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun