Danau kawah di Gunung Ijen, Jawa Timur, dikabarkan mengalami "tsunami" pada Jumat (29/5/2020). Akibat peristiwa ini seorang penambang belerang meninggal dunia.
Menurut laporan Kompas, air kawah danau Gunung Ijen meluap hingga setinggi 3 meter. Tak hanya itu, Kawah Ijen juga mengeluarkan gas beracun serta tremor.
BPBD Banyuwangi menyebutkan, "Ada yang menyebutnyanya tsunami. Tapi di gunung tidak ada istilah tsunami. Ada letupan yang mengakibatkan luapan di permukaan air danau kawah Ijen,"
Sementara itu PVMBG Banyuwangi memperkirakan timbulnya gelombang yang diduga tsunami tersebut berkaitan dengan kejadian longsor lokal yang terjadi di sekitar kawah.
Apabila tsunami yang terjadi di Kawah Ijen ini dikarenakan tanah longsor, maka kejadian ini memiliki kemiripan dengan tsunami Selat Sunda akibat letusan Gunung Krakatau pada Desember 2018 lalu.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mencatat empat kali longsor dalam kawah, melalui seismometer pantau Gunung Ijen, dengan gelombang seismik beramplitudo 8-46 mm berdurasi 19-286 detik.
Tanah longsor ke dalam kawah diperkirakan menjadi penyebab "gelombang tunami 3 meter", kasus tsunami perairan sempit yang bisa terjadi di danau.
Masuknya massa longsor yang sangat besar ke dalam badan air danau menghasilkan olakan hebat yang kemudian menjalar sebagai tsunami, mirip tsunami Selat Sunda dengan skala lebih kecil.
Tsunami di Kawah Ijen ini juga bisa terjadi karena fenomena erupsi limnik, seperti dijelaskan @marufins, air dasar danau yang penuh gas mendadak melepaskan gas-gasnya karena terganggunya keseimbangan stratifikasi kimiawi air danau, hal ini terjadi setelah masuknya tanah longsor.
Gelombang gas berskala besar membuat air bergolak dan menjalar sebagai tsunami. Erupsi limnik yang pernah terjadi adalah peristiwa Danau Nyos di Kamerun pada tahun 1986 yang menewaskan 1746 orang.