Mohon tunggu...
Zulfaa Safinatun
Zulfaa Safinatun Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Maa Fii Qalbi Ghairullah

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Penyakit Kronis Bangsa

22 November 2020   22:37 Diperbarui: 22 November 2020   23:01 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Perhatian dunia tengah tertuju pada penyebaran virus Corona jenis baru yang menyebabkan Covid-19, penyakit yang sejauh ini belum ditemukan obatnya. Di saat laju timbulnya kasus baru menurun di Tiongkok, Covid-19 mulai menyebar dengan cepat di negara-negara lain. Indonesia pun tidak luput, meskipun sempat beberapa lama bertahan dengan nihil kasus positif virus Corona.

Apa itu Covid-19?

Covid-19 (coronavirus disease 2019) adalah penyakit yang disebabkan oleh jenis coronavirus baru yaitu Sars-CoV-2, yang dilaporkan pertama kali di Wuhan Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019. COVI-19 ini dapat menimbulkan gejala gangguan pernafasan akut seperti demam diatas 38C, batuk dan sesak nafas bagi manusia. Selain itu dapat disertai dengan lemas, nyeri otot, dan diare. Pada penderita COVID-19 yang berat, dapat menimbulkan pneumonia, sindroma pernafasan akut, gagal ginjal bahkan sampai kematian.

COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui kontak erat dan droplet (percikan cairan pada saat bersin dan batuk), tidak melalui udara. Bentuk COVID-19 jika dilihat melalui mikroskop elektron (cairan saluran nafas/ swab tenggorokan) dan digambarkan kembali bentuk COVID-19 seperti virus yang memiliki mahkota.

Jika virus corona (Covid-19) diibaratkan musuh perang, tidak salah lagi garda paling depan dalam peperangan itu ialah para tenaga kesehatan. Dari dokter, perawat, pekerja laboratorium, hingga petugas kebersihan, terutama di rumah sakit rujukan, mereka bagaikan prajurit yang dengan segala kebiasaan dan kerelaan menjadi ujung tombak dalam melawan, menahan, sekaligus membunuh virus mematikan itu.

Dengan posisi tersebut, merekalah kelompok yang paling berisiko terpapar Covid-19. Mengapa? Karena hanya para tenaga medis inilah yang setiap hari, bahkan mungkin setiap menit harus berinteraksi langsung dengan pasien. Sekalipun mereka memakai setelan baju pelindung, masker, dan kacamata khusus, hal itu tidak membuat risiko mereka menjadi kecil.

Tenaga medis merupakan aset negara. Bila nyawa tenaga medis terus berkurang, maka penanganan pandemi akan semakin sulit. Setiap nyawa yang hilang tidak dapat tergantikan oleh keluarga yang ditinggalkan. Jumlah kematian tenaga medis yang terus meningkat, menyatakan bahwa pemerintah dan masyarakat kurang berempati pada perjuangan mereka. Bila kebijakan tidak dibenahi, serta kepatuhan masyarakat terus menurun, berapa banyak lagi tenaga medis yang harus gugur?

Terhitung per Kamis 15 Oktober 2020, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat ada total 136 dokter meninggal akibat Covid-19. Terdiri dari 71 dokter umum, 63 dokter spesialis, dan dua dokter residen. Tersebar dari 18 wilayah provinsi dan 66 wilayah kota/kabupaten. Padahal tenaga medis yang menangani tidak hanya dokter saja. Ada perawat dan bagian-bagian lain yang menjadi satu kesatuan tim medis. Hingga 10 November 2020, tercatat 323 tenaga medis meninggal.

Kerja mereka melampaui kewajaran. Ketika masyarakat diimbau untuk melakukan gerakan menjaga jarak sosial (social distancing), mereka malah tak boleh berjarak dengan pasien Covid-19. Ketika masyarakat umum diminta untuk mulai bekerja dari rumah, belajar dari rumah, bahkan beribadah di rumah, itu sama sekali tidak berlaku bagi tim medis yang justru harus terus berada di rumah sakit menjaga pasien.

Presiden Joko Widodo telah menegaskan kesiapan pemerintah, antara lain, menyiapkan 100 rumah sakit dengan ruang isolasi dan peralatan berstandar internasional di seluruh Indonesia. Penanganan pun berstandar internasional, kerja sama lintas lembaga dilakukan, anggaran juga disediakan.

Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, pemerintah, dan peneliti seharusnya berkoordinasi dengan baik dalam menyampaikan informasi ke publik. Pertengahan tahun lalu kita sempat mendengar bahwa pemerintah menjanjikan vaksin pada November 2020. Sementara penelitian dan percobaan vaksin masih terus berjalan, dan belum dapat dipastikan pengaplikasiannya ke manusia.

Pemerintah mungkin bermaksud baik, menyampaikan janji soal vaksin agar masyarakat tidak panik. Namun penyampaian informasi atau janji ke publik tetap harus berdasarkan fakta di lapangan. Ketidakselarasan antara ujaran pemerintah dengan satgas dan para peneliti, mengindikasikan kurangnya koordinasi dan komunikasi.

"Semua orang sudah beli vaksinnya, walaupun vaksinnya belum ada. Nanti Biofarma baru mau bikin," kata Prof Kusnandi.

Peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad), Prof Kusnandi Rusmil, yang melakukan uji klinis fase III vaksin COVID-19 Sinovac mengungkap hal itu dalam konferensi pers Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN), Selasa (3/11/2020).

Prof Kusnandi berpesan untuk saat ini sebaiknya tidak terlalu mengharapkan vaksin. Pencegahan COVID-19 lebih dianjurkan dengan cara yang selama ini diterapkan, yakni cuci tangan pakai sabun, jaga jarak, dan selalu pakai masker.

Hingga saat ini, uji klinis fase III vaksin COVID-19 buatan Sinovac bekerja sama dengan Biofarma telah memasuki tahap akhir. Dilaporkan sudah ada 1.620 relawan yang mendapat suntikan pertama dan 1.590-an relawan mendapat suntikan kedua. Sebanyak 17 relawan drop out, namun dipastikan bukan karena efek vaksin.

Dalam situasi seperti saat ini, pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat harus bekerja sama membangkitkan optimisme seraya tetap menjaga kehati-hatian. Hanya dengan kerja sama kita dapat keluar dari dampak negatif pada berbagai sudut kehidupan kita akibat wabah Covid-19. Penanganan yang baik secara bersama-sama akan menjaga kepercayaan dunia usaha yang pada akhirnya akan menguatkan membuat wisatawan mancanegara kembali berkunjung ke Indonesia sehingga ekonomi membaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun