Mohon tunggu...
Zulfan Ajhari Siregar
Zulfan Ajhari Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Buku

Penulis beberapa buku sastra kontemporer, sejarah dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pelacur Demokrasi adalah Penghianat Perjuangan Empat Lima

9 Agustus 2020   09:32 Diperbarui: 9 Agustus 2020   09:28 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Penulis, adalah bahagian dari generasi yang lahir setelah Merdeka. Tentu saja penulis, tak perlu  sok berbicara tentang perjuangan itu. Tapi harus menyadari, perjuangan merebut Kemerdekaan itu berat. Nyawa dan darah taruhannya.

Tujuh puluh lima tahun kita Merdeka, kita pantas mempertanyakan. Apakah kita sudah mampu mengisi kebenaran dari tekad para pejuang dahulu, ataukah bahagian dari orang yang sudah ikut mencincang Nilai dan Arti Kemerdekaan ini ?.

Hanya satu tahun sekali, Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI itu, diperingati. Selepas itu, ada " Lupa ", tentang bagaimana caranya Kemerdeaan itu bisa direbut dan dipertahankan. Berapa ribu deretan angka dari nyawa manusia, bangsa Indonesia yang sudah tewas dalam merebut Kemerdekaan itu. 

Nah...inilah yang sulit kita ingat, kita hanya sekedar mengheningkan cipta. Bisa jadi ketika hening cipta itu dilakukan, yang dibayangkan seseorang. Bagaimana Kelanjutan Bisa Mengedar Narkoba, ?. Bagaimana Jual Proyek Tidak Tertangkap KPK ?. Dan yang tidak kalah buruknya, kalau ketika hening cipta itu dilakukan wajah artis cantik yang terbayang, berapa ya nanti dia kubayar ?.

Kita memang wajib bersyukur negeri ini sudah banyak mengalami perobahan, sejak dari masa dimana Kemerdekaan ini direbut. Ketika semasa orang-orang hanya menggenjot Sepeda, yang dikatakan sebagai Kereta Angin. Kini mobil mewah apa yang tidak dikendrai orang, entah dari mana duitnya, yah itu dicari tentu saja dengan kombinasi berbagai aspek. Aspek keberuntungan, dan bisa saja dipadu dengan kelicikan. 

Tapi jangan lupa, di kantong-kantong komunitas penduduk di negeri ini, masih banyak kehidupan yang bertahan pada nuansa lama, yaitu kemiskinan. Standard kehidupan, yang seharusnya sudah tertinggal di era penjajahan dahulu. Jangan pernah anak bangsa ini bisa mengingat cerita. Sehingga bicara, enuak Urip dimasa Londo mbien, kalau cerita itu berkembang, Sikap heroik akan berubah menjadi dendam.

Sudahkah kita menghayati kehidupan, yang harus dinikmati, langkah dari pada keharusan kita menghargai nilai perjuangan itu. Mari kita runut masalahnya satu persatu.

Dimulai dari situasi, hampir disetiap ruas jalan, ketika menjelang HUT RI. Sekelompok orang bertahan menyetop siapapun yang lewat. Menawarkan Bendera Merah Putih dengan cara yang memaksa, ditawarkan dalam berbagai ukuran, dan dengan sorot mata yang mengancam kau harus beli, terkadang melengkapi diri mereka dengan pakaian uniform Orgaisasi tertentu. 

Hal ini sudah berlangsung cukup lama setiap tahun. Wibawa Merah putih itu, dicoreng dengan kebengisan. Akhirnya kebiasaan buruk itu membudaya.

Narkoba, eksesnya saat ini, begitu melumpuhkan sendi kehidupan bangsa. Pencurian, dan sebagainya, yang dilandasi pengaruh Narkoba itu. Kerusakan moral generasi mendatang, yang harus dicatat sebagai beban bangsa. Mengapa hingga kini masih bisa beredar secara luas.

Korupsi, nah....permasalahan krusial ini, memang perlu dibahas secara analisis dan sistemys. Berdasarkan data, di negeri ini  Aparatur Negara, apalagi yang hanya bertahan dalam golongan rendah. Sudah banyak yang terjebak kepada problema Hutang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun