Manusia ditakdirkan untuk memiliki akal dan nafsu. Akal digunakan untuk pengendali nafsu. Nafsu yang tak terkendali beresiko untuk membuat raga tercebur ke hal-hal pelanggaran norma.Â
Perselingkuhan berpotensi terjadi di tempat kerja , media sosial bahkan di pertemuan nyata. Keseringan bertemu atau curhat-curhatan terkadang membuat lupa diri. Lupa kalau punya suami, istri maupun anak.Â
Bahkan karena nafsu tak terkendali, berpotensi memicu perceraian. Lagi-lagi yang sudah menikah , keluarga jadi korban. Anak-anak bahkan ada juga punya beban. Tidak semua anak mampu memahami keadaan orang tuanya.
Selingkuh itu tidak memandang materi. Apapun pekerjaan dan profesi berpotensi untuk tergoda selingkuh. Selingkuh dipicu nafsu. Nafsu yang tak dilandasi iman. Bahkan ada yang tega menyakiti seperti hidup akan abadi. Apakah pertemuan yang diawali selingkuh selalu berujung bahagia dan abadi selamanya? Wallaahu'alam.
Tampunik, 01 Mei 2019