Mohon tunggu...
Zulfa Liswanti
Zulfa Liswanti Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Ibu RT

Mencoba dan masih belajar menulis di usia yang terus menua

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nenek, Untuk Apa Menangis?

13 Juni 2018   14:45 Diperbarui: 13 Juni 2018   14:56 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Restu yang diberikan untuk ayahku

Telah membuat hatiku pilu

Ayahku menduakan ibu

Demi pilihan nenek untuk gadis itu

Nenek

Kini tak patut nenek tangisi

Bukankah itu keinginan hati nenek?

Yang membenci ibuku tak ada restu

Sesal nenek tak kan berarti

Nenek

Nasi sudah jadi bubur

Ibuku sungguh malang

Nenek tusuk dari belakang

Tanpa pertimbangan

Nenek

Apa dayaku

Untuk apa nenek menangis

Sakit hati yang nenek lampiaskan

Membawa duka sepanjang ingatan

Nenek 

Terpecah belah kekasih jiwa

Ulah nenek tak punya rasa iba

Pada hal nenek sesama wanita

Sewajarnya saling punya rasa

Nenek

Suatu waktu ku  ingin menyatukan

Kasih orang tuaku seperti yang kuinginkan

Nenek tetap ku perhatikan

Urusan lainnya resiko tak terelakkan

Tampunik, 13 Juni 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun