Mohon tunggu...
Zulfa Liswanti
Zulfa Liswanti Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Ibu RT

Mencoba dan masih belajar menulis di usia yang terus menua

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjadi Mertua Idaman Itu Susah-susah Gampang

6 April 2018   16:06 Diperbarui: 6 April 2018   16:26 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah anak-anak beranjak dewasa, kuliah dan bekerja , ada satu lagi pemikiran para orang tua yaitu mendapatkan menantu idaman. Dan tentunya peran lainnya adalah menjadi mertua. Peran sebagai mertua itu tidaklah mudah. Dan kita berharap bisa menjadi mertua idaman. Mertua idaman itu bukannya yang cantik atau tampan, tetapi yang dapat bertindak bijaksana dan sekaligus menjadi panutan.

Menjadi mertua idaman bukan berarti diidolakan menantu. Tetapi lebih kepada mampu bertindak sebagai figur yang baik di setiap persoalan yang terjadi di lingkungan keluarga anak-anak kita yang sudah berkeluarga. Contohnya saja tidak mencampuri urusan anak-anak kita yang sudah berkeluarga, cukuplah memberi nasehat terbaik untuk mereka. Ada kalanya mertua yang ketika istri anaknya sudah kurang bisa mengurus diri seperti harapannya, atau yang lainnya, lalu dihujani cacian, " wajar saja suamimu begitu karena tampilanmu memalukan". Itu rasanya kurang pas. 

Sekalipun itu  anak kita, sampaikanlah segala sesuatu yang berkaitan dengan keluarganya secara bijaksana dan baik. Tidaklah pantas langsung begitu pada istri anak-anak kita. Yang akan menjalani dia dan dia tetap dengan rasa cinta. Mengapa harus mengumbar cacian? Kaca mata kita sebagai mertua itu harus ditata agar tidak semua harus menjadi bagian urusan kita. Sebagai mertua , sewajarnya kita mendukung agar keluarganya utuh dan bahagia, bukan agar anak kita membenci istrinya.Mertua yang terlalu nyinyirpun tidaklah pada tempatnya. Menantu harus begini atau begitu. Jika kata atau keinginannya tidak dituruti, lalu anak dihasut hingga terjadi konslet dengan istrinya. 

Yang paling utama dalam kehidupan berkeluarga adalah saling menghormati dengan peran masing-masing , apakah sebagai mertua ataupun menantu. Ada juga mertua yang mungkin karena pengaruh usia, ingin anaknya selalu didekatnya, kalau ditelpon harus segera datang dan kalau menantu membelikan oleh-oleh lansung dicaci. Contohnya saja ketika dibelikan makanan," apa ini asin,gak enak". Atau ketika dibelikan baju, "warna apa ini, tidak suka, kasih saja ke yang lain". 

Menjadi mertua idaman itu ternyata susah- susah gampang. Pengendalian hati seiring beranjaknya usia sebagai mertua sangatlah penting. Namun itu mungkin alamiah, karena setiap insan memiliki latar belakang yang berbeda sekaligus melahirkan karakter yang berbeda. Barangkali saja selalu ada perasaan, anak itu milik kita selamanya. Untuk yang sudah berperan sebagai  mertua, apakah anda sudah merasa menjadi mertua idaman?

Tampunik, 6 April 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun