Mohon tunggu...
Zulfahmi.M
Zulfahmi.M Mohon Tunggu... Guru - Dad, Translator, Teacher

Simple Teacher

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Fenomena Guru di Sekolah/Madrasah Swasta

5 Desember 2020   09:52 Diperbarui: 5 Desember 2020   09:56 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Komunikasi yang tidak inten diantara unsur-unsur lembaga tersebut akan menimbulkan percikan dan perselisihan dalam mengembangankan lembaga pendidikan tersebut. Maka hal yang muncul adalah sang guru kreatif tersebut akan tersandung dengan pemikiran dan inofasi yang dikembangkannya. 

Sudah menjadi alasan klasik bagi pengurus atau donatur kalau pemikiran-pemikiran yang tidak sejalan tersebut merupakan gangguna dalam dan lebih ektrim lagi dianggap sebagai hal yang membahayakan lembaga karena dianggap dibisa bekerjasama dengan pengurus dan donatur tersebut. 

Hal yang sangat menyedihkan adalah fenome di atas lebih sering terjadi jika donatur dari satu atau hanya beberapa orang dermawan yang langusg terlibat dalam pengambil kebijakan sekolah bahkan terkadang mereka juga dalam struktur pengurus. 

Maka konklusi yang sangat fatal adalah mereka yang memiliki pemikiran dan inovasi hampir tidak terjamah dalam pemikiran pengurus atau terlihat aneh dan ekstrim makan akan dianggap tidak sejalan dan sepaham dengan pengurus. Mereka lebih merujuk pada sekolah negeri yang lebih maju atau sekolah swasta yang lebih maju. Bagaimana mana memulai kemajuan tersebut hanya dongeng saja. 

Melihat dari potensi dan kesetiaan guru yang mengalami tersebut bukanlah guru baru, mereka adalah guru yang sudah memiliki trik dan cara jitu tersendiri menghadapi anak-anak yang sekolah disitu yang nota benenya adalah siswa bermasalah seperti kemiskinan, kenakalan, broken home, dropout dari sekolah negeri, dan lain sebagainya sehingga mereka terdampar dari di sekolah swasta tersebut.

Cara-cara yang membuat siswa betah dan nyaman sekolah di situ. Artinya mereka sudah lama berkimprah dan memikirkan sekolah tersebut. Namun sayang keiniginan untuk memajukan sekolah, untuk melompat lebih dari rutinitas biasa yang monoton, yang menyulitkan sekolah tersebut berkembang lebih dianggap bumerang bagi pengurus. 

Akhir dari polemik tersebut adalah pemecatan, pengeluaran, pengusiran meskipun mereka itu sudah menjadi kepala sekolah. Keputusan yang seolah memberi pelung kepada mereka itu berteriak. Merdeka!!!.  

Maka jadilah sekolah tersebut kembali menyusun strategi baru untuk melanjutkan yang kata mereka membuat sekolah menjaladi lebih maju. Sementara konsep dan persepsi yang sudah dibangun lebih tersimpan pada mereka yang dibuang karena dianggap benalu. Selesailah satu siklus perjalan dan tentunya pengurus mengulang siklus baru yang mungkin kembali ke siklus awal sebelumnya. Yaaa.... begitulah adanya... 

Salam pendidikan dari orang yang dianggap benalu di sebuah sekolah swasta.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun