Mohon tunggu...
Zul Fauzi Nugroho Hadi
Zul Fauzi Nugroho Hadi Mohon Tunggu... Penulis - Sempatkan Bahagia

Mahasiswa Universitas Jember Fakultas Pertanian

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Permasalahan OPT Padi Sawah dalam Aspek Ekonomi

19 Juni 2020   21:20 Diperbarui: 19 Juni 2020   21:21 1985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Yuliani dan Sudir (2017), OPT padi merupakan penyakit pada tanaman yang umumnya akan semakin parah seiring bertambahanya umur pada tanaman padi, sedangkan untuk OPT padi berupa hama dan musuh alami tanaman padi akan berfluktuasi semakin bertambahnya umur tanaman padi. Kepadatan populasi, musuh alami, dan keparahan penyakit pada tanaman padi tidak berbeda nyata pada setiap bertambahnya umur tanaman. Artinya berapapun umur tanaman padi, padi akan tetap diganggu oleh OPT jika tidak dilakukan pengendalian yang sesuai. Gangguan terhadap tanaman padi atau OPT berupa hama, penyakit, dan gulma, dimana OPT ini perlu diatasi agar tanaman padi yang dibudidayakan dapat berproduksi secara optimal serta tumbuh subur tanpa organisme pengganggu di dalamnya, sehingga diperlukan pengendalian OPT pada tanaman padi seperti penerapan PHT (Sudarma dkk., 2016).

Menurut Manueke., dkk (2017), berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Wakalonsow Kecamatan Tondano Timur Kabupaten Minahasa, pengendalian Hama Terpadu (PHT) terhadap OPT pada tanaman padi sebagai berikut; OPT hama Tryporyza innotata, Chilo Suppressalis, Sesamia inferens, Nyphula depunctalis (dikendalikan dengan pengedalian kultural dan pengendalian kimia ramah lingkungan). OPT hama Nepotettix virescens, Nilaparvata lugens, Leptocorisa acuta, Pareaucosmetus sp. Dikendalikan dengan pengendalian kultural, pengendalian biologi/ hayati dan pengendalian kimia ramah lingkungan. OPT hama keong emas dikendalikan dengan pengendalian kultural, pengendalian fisik dan mekanis, pengendalian biologi/ hayati, dan pengendalian kimia ramah lingkungan. OPT hama tikus (Ratus argentiventer) dikendalikan dengan pengendalian kultural, pengendalian fisik dan mekanis, pengendalian biologi/ hayati dan pengendalian kimia ramah lingkungan. OPT hama burung dikendalikan dengan pengendalian fisik dan mekanis, pengendalian kimia terbatas. Sedamglan musuh alami hama tanaman padi yaitu, belalang sembah (Mantis sp.), capung (Sympetrum flaveolum), kumbang coccinelid (Coccinella semtempunctata), dan laba-laba pemburu (Pardosa sp.).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Desa Purbahayu, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran oleh Sunarto dkk., (2017), pengendalian OPT padi seperti hama wereng coklat, walang sangit, dan penggerek batang padi pada dasarnya masih menggunakan insektisida kimia yang mampu mencemari lingkungan, serta menyebabkan resistensi serangga, sehingga diperlukan strategi alternative untuk mengendalikan OPT hama serangga. Pengendalian OPT hama serangga dengan memanfaatkan nematode entomopatogen (Steinernema spp.) yang merupakan musuh alami hama serangga wereng coklat, walang sangit, dan penggerek batang padi. Nematode entomopatogen (Steinernema spp.) yang merupakan family dari Steinernematidae ini memiliki kesesuaian untuk mengatasi masalah yang timbul akibat penggunaan insektisida kimia, serta memiliki kualitas yang baik sebagai agen pengendali biologi. Selain nematoda terdapat predator yang terdiri dari 7 family, yaitu Coccinelidae, Gerridae, Gryllidae, Coenagrionidae, Lycosidae, Stapylinidae, dan Tetragnathidae. Predator termasuk dalam agen-agen pengendalian hayati untuk mengatasi masalah hama yang menyerang tanaman padi (Heviyanti dan Mulyani, 2016).

Menurut Nuryanto (2018), organisme Pengganggu Tanaman (OPT) seperti penyakit pada tanaman padi masih menggunakan pestisida kimia sintetik sebagai pengendalinya, dimana harga pestisida ini relatif mahal. Manipulasi terhadap lingkungan serta rekayasa ekologi memiliki peluang untuk menekan perkembangan penyakit pada tanaman padi, dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan seperti pengelolaan komponen epidemik yang mampu menekan biaya produksi. Penyakit tanaman padi yang dikendalikan dengan cara pengelolaan komponen epidemic yang berfungsi sebagai pengendali penyakit tanaman padi. Pengelolaan komponen epidemik dilakukan dengan mengelola komponen budidaya selektif, seperti pemilihan varietas tahan penyakit, penggunaan benih yang sehat, pengolahhan tanah yang sempurna, penggunaan bahan organik, penanaman pada waktu yang tepat dan serempak, pemupukkan yang berimbang serta pengairan tanaman. Selain budidaya pengelolaan komponen epidemic, terdapat pula modifikasi tanaman epidemic yang berupa modifikasi pada sifat fisika, kimia dan biologi tanahnya untuk menekan pertumbuhan penyakit pada tanaman. Modifikasi tanaman epidemic berupa penggunaan varietas tanaman yang tahan yang dikombinasikan dengan varietas lain sehingga dapat menekan laju perkembangan penyakit pada tanaman.

Pengendalian OPT juga dapat dilakukan dengan penyemprotan herbisida dan insektisida. Menurut Kumalasari., dkk (2017) penggunaan penyemprotan didasarkan pada serangan hama penyakit dan gulma yang menyerang padi sawah. Pengendalian lain yang digunakan untuk mengihalangkan gulma adalah dengan cara manual yaitu dengan mencabuti gulma dengan tangan langsung, hal ini dapat dilakukan apabila gulma yang tumbuh memiliki populasi sedikit. Selain itu, pengendalian hama juga dapat dilakukan dengan menggunakan biopeptisida yang memiliki bahan utama yaitu empon-empon berguna untuk mengusir walang sangit, karena mengandung senyawa metabolit seperti flavonoid, tumerone, ar-tumerone, dan minyak atsiri (Sihombing dan Samino, 2016).

 

PENUTUP

Kesimpulan

Organisme pengganggu tanaman atau biasa disingkat OPT merupakan hewan, tanaman, atau organisme yang mengganggu dan dapat menurunkan hasil tanaman tersebut, sehingga menyebabkan rusaknya tanaman yang terserang oleh OPT tersebut. Serangga yang paling banyak menyerang tanaman padi adalah walang sangit. Gulma yang banyak menyerang adalah gulma teki dan daun sempit. Pengendalian OPT memiliki banyak jenis.

Pengendalian menggunakan PHT merupakan pengendalian yang paling dianjurkan, karena dalam penerapan PHT memiliki prinsip ekologi dan ekonomi yang ekonomis. Penerapan PHT yang sesuai dapat memberikan keuntungan yaitu, produktivitas padi meningkat, dapat mengurangi biaya produksi karena pengurangan pengguanaan pestisida, dan penerimaan hasil bersih padi meningkat. Pengendalian OPT dengan teknik PHT terikat pada aspek ekonomi yang lebih bisa menekankan kerugian dibanding penggunaan bahan kimia.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Diratmaja, A dan Zakiah. 2015. Konsep Dasar dan Penerapan PHT Padi Sawah Di Tingkat Petani. Agros, 17(1): 33-45
  2. Heviyanti, M., dan C. Mulyani. 2016. Keanekaragaman Predator Serangga Hama pada Tanaman Padi Sawah (Oryzae sativa L.) di Desa Paya Rahat Kecamatan Banda Mulia Kabupaten Aceh Tamiang. AGROSAMUDRA Jurnal Penelitian, 3(2): 28-37.
  3. Kumalasari, N., J. Yusri, dan S. Hadi. 2017. Analisis Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi. Jom Faperta, 4(2):1-16.
  4. Manueke, J., B.H. Assa., dan A.E. Pelealu. 2017. Rekomendasi Teknologi Pengendalian Hama Secara Terpadu (PHT) Hama Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa) di Desa Makalonsow Kecamatan Tondano Timur Kabupaten Minahasa. LPPM Bidang Sains dan Teknologi, 4(1): 23-34.
  5. Novizan. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Jakarta : Agromedia Pustaka
  6. Nuryanto, Bambang. 2018. Pengenalian Penyakit Tanaman Padi Berwawasan Lingkungan Melalui Pengelolaan Komponen Epidemik. Litbang Pertanian, 37(1): 1-12.
  7. Sihombing. M. A. E. M dan S. Samino. 2015. Daya Repelensi Biopestisida Terhadap Walang Sangit (Leptocorisa oratorius, Fabricus) di Laboratorium. Jurnal Biotropika, 3(2): 99-93
  8. Sudarma, I.M., N.M. Sritamin., dan I.G.N. Bagus. 2016. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Padi di Desa Pesaban Kecamatan Rendang, Karangasem. Udayana Mengabdi, 15(3): 106-112.
  9. Sunarto, T., S. Hidayat., dan A.W. Iwan. 2017. Pengendalian Hama pada Tanaman Padi dengan Biopestisida (Nematoda Entomopatogen, Steinernema spp.) di Desa Purbahayu, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran. Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(6): 409-401.
  10. Suryanto, Widada Agus. 2010. Hama dan Penyakit Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Masalah dan Solusi. Yogyakarta: Kanisius.
  11. Usyati. N., N. Kurniawati., A. Ruskandar., O.Rumasa. 2018. Populasi Hama Dan Musuh Alami Pada Tiga Cara Budidaya Padi Sawah di Sukamandi. Agrikultura, 29(1): 35-42.
  12. Wiyono, Suryo., Widodo, dan H. Triwidodo. 2014. Mengelola Ledakan Hama dan Penyakit Padi Sawah pada Agroekosistem yang Fragil dengan Pengendalian Hama Terpadu Biointensif. Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan, 1(2): 116-120.
  13. Yuliani, D., Sudir. 2017. Keragaan Hama, Penyakit, dan Musuh Alami pada Budidaya Padi Organik. Agro, 4(1): 50-67.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun