Mohon tunggu...
Sang Pangeran
Sang Pangeran Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mahasiswa Lupa Diri

28 Desember 2018   09:02 Diperbarui: 28 Desember 2018   09:41 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : hotsta.net

Aku tak melihatnya terasa kamar ini seperti malam tanpa siang. Lampu kamar setiap pagi sampai malam masih saja hidup. Dia menggambarkan bahwa aku tidak pernah tau sunrise dan tidak tau rasanya berteduh di pagi hari yang menyehatkan badan, ia itu menurut pakar kesehatan.

Kamu tau matahari sudah terbit atau tidak ? ( Pertanyaan pada perempuan paginya )

Cobalah kau tanyakan senja, oupz senja dia menceritakan kesibukan-kesibukan para pekerja, aparat yang pulang menuju rumahnya, jam kerja sudah berlalu mereka pulang membawa uang yang Benyak lalu kolongmerat pergi untuk berfoya-foya tanpa tau dosa, tanpa tau ada orang yang sangat membutuhkan kan rezeki tuhan yang sudah tercatat baik. Aku negatif ? No . Realitas dan fakta memberikan subtansi yang real susuai data-data yang ada. 

Ok falsback
Dulu masa kuliah mereka idialis ingin menegakkan keadilan, membangun pengawalan keuangan negara yang saat itu telah di selewengkan oleh orang-orang birokrasi  yang tidak bertanggung jawab. Dia, atau mereka telah menjadi racun negara. mungkin mereka atau dia masih tidak sadar diri atau membodohi diri sehingga apa yang menjadi kerangka atau objek sebagai pembantu masyarakat yang masih serba kekurangan telah lupa pada tupoksinya.

cobalah lihat di sana banyak anak-anak dan para lulusan SMA yang  tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi ( universitas ) yang di cita-citakan. Kau tau ? kisah itu mengingat kan ku pada kawan akrabku.

Tahun ke tahun berlalu para sarjana muda mulai banyak terdampar ijasah yang tidak berguna karena susahnya mencari pekerja. Ijazah yang dibawa kemana-mana untuk mencari lowongan kerja. Sibuk kesana kemari. ketimur,kebarat, keselatan, ke Utara seperti nyanyian Wali band yang berjudul CARI JODOH hehe. Oh tidak., Kasihan sekali kisahnya semoga aku dijauhkan. Doa pagi ku

Dikemudian waktu aktivisme mahasiswa mencari bagian-bagian dari aparat yang berdosa ( birokrasi) dia melakukannya dengan apa yang telah di kawal semenjak dia menjadi mahasiswa yang idialis dan kritis. Mungkin itu  yang dikatakan dosa keturunan , terus-menerus di  pergunakan untuk hal yang tidak seharusnya di gunakan oleh  para pemuda atau mahasiswa saat ini.  ( Jatuh ke lubang yang sama )


Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda. itu yang di sampaikan oleh Tan Malaka
Aktivis kemerdekaan, filsuf dan pemimpin Partai Komunis Indonesia 1897-1949.

Manusia  modernisasi fokus pada cara masyarakat pramodern menjadi modern melalui proses pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur sosial, politik dan budaya. Itulah bagian dari kita yang saat ini masih menjadi masa transisi oleh orang tua, anak kecil, pemuda. betul apa yang di sampaikan bapak kita : Kalau pemuda sudah berumur 21-22 tahun sama sekali tidak berjuang, tak bercita-cita, tak bergiat untuk tanah air dan bangsa, pemuda begini baiknya digunduli saja kepalanya tutur Soekarno.  

Mari menjadi mahasiswa yang idialis tanpa menjadi birokrasi yang tak mampu menjalankan perintah undang-undang. atau jangan sesekali menjadi perhatian masyarakat yang tunduk kepada aparat karena lebih percaya dengan undang-undang.

Jangan sekali-kali menjadi bekal RIndu agar kita tidak anarkis bila sampai menyampaikan informasi yang terbaru yaitu: keadilan yang aku tunggu, atau kalin menanti keburukan dari berbagai rakyatmu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun