Mohon tunggu...
Zuhrah Machy
Zuhrah Machy Mohon Tunggu... Dosen - Membangun peradaban ilmu dengan Menulis

Pisces

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ibu adalah Sekolah Pertama bagi Anak

8 April 2021   10:01 Diperbarui: 8 April 2021   10:14 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sosok-toko.blogspot.com

Ketika seseorang bertanya kepada Rasulullah Muhammad SAW siapa yang didahulukan antara ayah dan ibu, maka Rasulullah menyebutkan Ibu sebanyak tiga kali baru ayah. Begitu mulianya sang ibu dibanding Ayah, karena Ibu menempuh perjuangan untuk sang anak mulai dari hamil, melahirkan, menyusui, membesarkan. Karakter anak tergantung sang ibu, karena sifat anak-anak adalah meniru. Apa yang diperbuat oleh ibu itu juga yang diperbuat anak. Wajar ketika seorang Dian sastro Wardoyo menyampaikan pernyataan bahwa "Perempuan menempuh pendidikan tinggi bukan untuk menyaingi laki-laki atau suami, tapi untuk bekal mendidik anak-anaknya". Dalam sebuah hadis menyatakan bahwa Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Sangat benar dan relevan, karena waktu anak-anak lebih banyak dengan ibunya, apabila sang ibu adalah ibu rumah tangga.

Jangan meremehkan perempuan, karena tiang negara adalah perempuan. Meski banyak yang mengungkap bahwa apabila rusak akhlak perempuan maka rusak pula dunia. Sangat benar adanya, bahwa dunia ini tergantung perempuan. Tetapi tidak adanya perempuan juga dunia tidak memiliki dinamika. Perempuan memberikan banyak kontribusi terhadap keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Bahwa orang-orang yang sukses ada peran perempuan dibaliknya, baik itu sebagai ibu maupun sebagai istri. Anak-anak yang terlahir cerdas itu turun dari gen ibunya. 

Selain itu banyak tokoh-tokoh perempuan nasional yang berperan memajukan negeri ini dengan pikiran mereka. Sebagai contoh adalah Nyai Walidah istri dari Kiyai H. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah yang mengawali pergerakan perempuan tahun 1914 dan kini dikenal dengan Organisasi otonom Aisyiyah yang tersebar di seluruh negeri ini bahkan telah membuka cabang internasional di luar negeri.

Begitu juga dengan R.A Kartini yang dikenal dengan emansipasi wanitanya, Habis Gelap Terbitlah Terang yang menginspirasi para perempuan hingga kini. Bahwa perempuan tidak harus di rumah, apabila masyarakat atau bahkan negara membutuhkan mereka maka harus memberi sumbangsih sesuai dengan yang dibutuhkan. Terbukti bahwa pada hari ini banyak perempuan menjadi pemimpin bangsa yang tidak lagi diragukan kepemimpinananya, mulai dari menjadi Kepala Desa bahkan menjadi Menteri dan Presiden.

wikivisually.com
wikivisually.com
Dua sosok perempuan tersebut tidak lepas dari pendidikan orang tua mereka yakni ibu, yang menjadi sekolah pertama bagi mereka. Begitu juga dengan para Nyai Walidah dan Kartini Lainnya di negeri ini yang terus memajukan pemikiran mereka untuk memberi peran kepada yang membutuhkan meski pada hari ini masih banyak perempuan yang terintimidasi dan terpojok sebagai korban kekerasan seksual dan KDRT. Tidak ada kata terlambat untuk menjadi ibu yang baik bagi anak-anak kita untuk hari ini, esok dan nanti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun