Mohon tunggu...
Zufah Rusdi
Zufah Rusdi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S-1 Universitas Sebelas Maret

Memiliki ketertarikan pada bidang seni, seperti mencipta dengan imajinatif dan kreatif. Kemudian memiliki hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Masyarakat Gigit Jari, Harga Minyak Goreng Naik Lagi

18 Oktober 2022   23:13 Diperbarui: 18 Oktober 2022   23:31 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Minyak goreng termasuk salah satu dalam sembilan bahan pokok yang dibutuhkan dan banyak digunakan masyarakat Indonesia.  Hal itu dikarenakan adanya berbagai jenis makanan di Indonesia yang pengolahannya menggunakan teknik goreng menggoreng.  Menjadikan minyak goreng menjadi kebutuhan utama yang sulit dipisahkan dari konsumsi masyarakat.  Selain digunakan untuk memasak sehari hari di rumah, minyak goreng juga banyak menjadi bahan utama dalam sebuah usaha dagang, misal digunakan oleh penjual gorengan, penjual bakso mie ayam, penjual warteg, penjual martabak, dan banyak penjual lain.  Entah penggunaannya banyak untuk menggoreng, ataupun hanya sedikit untuk menumis, hampir semua makanan Indonesia membutuhkan minyak goreng dalam pengolahannya.

Harga minyak goreng beberapa tahun ini mengalami peningkatan yang cukup tinggi, hal ini disebabkan meningkatnya harga CPO dunia yang ikut memicu peningkatan harga CPO domestik dan jumlah persedian CPO untuk pasar domestik.  Kenaikan harga minyak goreng bagi rumah tangga, yang penggunaannya hanya untuk memasak sehari hari, mungkin tidak begitu terasa.  Namun, kenaikan harga minyak goreng bagi mereka yang menggunakannya dalam usaha, baik usaha kecil maupun usaha menengah akan sangat terasa dampaknya.  Dari penghasilan yang didapatkan, yang seharusnya menjadi laba bersih, mungkin pada beberapa usaha penghasilan tersebut dijadikan tambah modal demi berjalannya usaha, akibat dari kenaikan harga minyak goreng.  Seperti yang dirasakan oleh seorang pedagang tahu goreng, yang mengungkapkan akibat dari naiknya harga minyak goreng, dan kedelai sebagai bahan utama pembuatan tahu, kini sekali setor tambah lebih banyak Rp700,000 sebagai modal.  “Daripada ndak kerja, rezekinya yo dari iki, goreng sitik sitik mbange prei, sik penting usaha jalan.” ungkapnya.  Juga karena tidak adanya kejelasan dari Pemerintah, sangat memungkinkan bahwa harga minyak goreng akan kembali naik dalam beberapa hari kebelakang.

Kemudian, pedagang tahu goreng juga mengungkapkan harga dari minyak goreng curah yang digunakan.  Pada tanggal 13 Oktober 2022, harga minyak goreng naik Rp5.000 dari harga semula menjadi Rp315.000 per diligen.  Kemudian esok harinya kembali naik Rp5.000 menjadi Rp320.000  per diligen.  Dan yang terbaru, pada 16 Oktober 2022, harga minyak goreng kembali naik cukup drastis, yakni Rp25.000 menjadi Rp345.000 sampai hari ini.  Namun, pada data yang ditampilkan pada media massa, disebutkan bahwa harga minyak goreng terpantau turun tipis.  Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) pada Senin, 17 Oktober 2022 pukul 12.10 WIB, harga minyak goreng dibanderol pada Rp19.150/kg. Secara rinci, harga minyak goreng curah stabil sedangkan kemasan bermerek turun.  Yang mana berarti harga tersebut hanya mencapai Rp325.500 per diligen, amat sangat berbeda dengan harga minyak goreng di masyarakat yang mencapai Rp345.000 per diligen.  Banyak oknum yang memanfaatkan maraknya kenaikan harga minyak goreng untuk mencari keuntungan sendiri, mereka menimbun minyak kemudian menjualnya diatas harga pasaran, sehingga masyarakat akan semakin tercekik dengan harga yang ditawarkan, namun tetap akan membeli karena memang membutuhkan. 

Menurut data yang ada, Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) menyebutkan bahwa hingga Agustus 2022, PTPN Group melalui anak usaha PT Industri Nabati Lestari (INL) telah memproduksi dan mendistribusikan 208 ribu ton minyak goreng nasional, yang dilakukan melalui tiga merek dengan segmentasi berbeda, yakni Nusakita, Salvaco dan kemasan sederhana INL.  Kemudian per Oktober 2022, PT INL juga berencana memproduksi minyak goreng kemasan rakyat dengan merek Minyakita.  Yang menurut rencana, minyak goreng tersebut akan diproduksi secara masal dengan kapasitas 3 juta liter per bulan dengan kemasan 1 liter yang distribusikan di seluruh daerah di Indonesia.  

Di sisi lain, meskipun pergerakan harga minyak goreng terus menunjukkan tren penurunan seperti beberapa waktu terakhir, tetapi masih ada kekhawatiran masyarakat terhadap kenaikan komoditas pangan tersebut.  Berdasarkan hasih survei Jakpat yang telah dilakukan jauh hari, didapatkan sebanyak 73% responden yang menyatakan minyak goreng menjadi komoditas paling dikhawatirkan harganya naik, lantaran pada awal tahun 2022 ini pun sempat terjadi kelangkaan minyak goreng. Adapun survey tersebut dilakukan terhadap 1.192 responden di seluruh Indonesia pada 17-19 September 2022.  Survei tersebut dilakukan dengan tingkat toleransi kesalahan (margin of error) sebesar 3%.

Akibat harga minyak goreng yang tak kunjung normal, dan selain berdampak pada tambah modal,  beberapa usaha kecil dan menengah memilih untuk jarang mengganti minyak yang digunakan.  Hingga minyak yang digunakan untuk menggoreng berwarna sangat pekat atau biasa disebut dengan minyak jelantah.  Penggunaan minyak jelantah ini sangat berbahaya bagi kesehatan, dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti infeksi bakteri dan obesitas.  Selain itu, minyak jelantah juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan kita kedepannya.  Awalnya memang tidak terasa, namun akan bisa berdampak kolesterol pada kita nantinya.

Menurut Kemendag, kenaikan harga minyak goreng ini disebabkan karena beberapa faktor.  Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah harga internasional minyak yang melonjak tajam, adanya kenaikan permintaan CPO untuk pemenuhan industri biodesel seiring dengan diterapkannya penerapan kebijakan B30, dan yang bisa kita lihat, bahwa cuaca yang ekstrim, panas yang terik atau curah hujan yang tinggi, menyebabkan perkebunan sawit menjadi tidak bagus, panen sawit di Indonesia menurun, dan terjadilah keterbatasan suplier.

Masyarakat tentunya berharap agar harga minyak goreng segera pulih, dapat turun secepatnya.  Pemerintah juga harus mengusahakan untuk menjaga stabilitas harga minyak goreng di pasaran.  Agar semua pihak, baik ibu rumah tangga, sektor usaha kecil dan menengah, dan siapa pun yang menggunakan minyak goreng tidak merasa diberatkan.  Seperti yang dipaparkan oleh Demer pada saat Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi VI DPR RI, “Jika terus menerus harga minyak goreng naik seperti ini, ini bisa memberatkan masyarakat bawah,”, hal tersebut dibahas bersama dengan gabungan pengusaha minyak kelapa sawit di Indonesia, di antaranya dengan Ketua Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Ketua Umum Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia (AIMMI), Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), serta Direktur PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) INACOM, di Ruang Rapat Komisi VI DPR RI, Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, pada Rabu 19 Januari 2022.

Jika Indonesia dapat menyelesaikan stabilitas dan ketersediaan minyak goreng, maka kita dapat lebih berfokus untuk semakin mendorong perkembangan sawit dari hulu hingga ke hilir.  Tentunya diperlukan pengorbanan dengan mendahulukan kepentingan masyarakat dalam hal ketersediaan minyak goreng. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun