Mohon tunggu...
MARISSA
MARISSA Mohon Tunggu... Administrasi - Traveller

Jelajahi Dunia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jalan Setapak

16 November 2018   11:04 Diperbarui: 16 November 2018   15:19 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir semua orang senang jalan-jalan. Mengunjungi tempat tempat baru, bertemu orang baru, belajar hal baru, dan mendapat pengalaman baru. Tapi tidak semua orang bisa dan mau bepergian sendiri. Berpetualang tanpa didampingi seorang pemandu. Dan siap hidup susah ketika bepergian. Kata orang jalan-jalan itu ada dua kategori. Koper dan Ransel.

Satu dari jutaan orang yang memiliki hobby jalan-jalan dan berpetualang adalah Aku. Orang-orang memanggilku Visca. Hobbyku jalan-jalan pastinya. Beberapa negara pernah aku kunjungi. Beberapa kota pun pernah aku datangi. Pengalaman inilah yang membuat beberapa teman percaya padaku untuk menemani mereka jalan-jalan. Ketempat yang baru aku kunjungi ataupun ke tempat yang pernah aku kunjungi.

Keberhasilanku beberapa kali menjai pemandu wisata, walaupun masih tergolong pemandu yang amatir dan belum memiliki jam terbang yang padat, lantas tak ada alasan ketika seorang rekan memintaku untuk menjadi pemandu mereka dalam perjalanan hiking di sebuah hutan konservasi di wilayah timur Indonesia. Mereka tergabung dalam satu rombongan, yang terdiri dari delapan orang termasuk aku dan sopirku.  Yaitu, Fred seorang turis mancanegara, Anggi dan Kanaya mahasiswa yang menghabiskan waktu liburannya, Lukman beserta keluarganya yaitu Prita yang tak lain adalah istrinya dan Kevin anak semata wayangnya, dan Her sang pemilik minibus sekaligus seorang sopir kepercayaan yang selalu menjadi partnerku ketika aku menjadi pemandu wisata.

Perjalanan hiking kami mulai dari jam 7 pagi. Rombongan telah berkumpul 30 menit sebelumnya. Dari perencanaan kami, pukul 18.00 rombongan telah kembali ke penginapan, karena pada jam tersebut hari telah malam dan gelap. Area hutan konservasi berada kurang lebih 35 km dari penginapan kami di kota. Untuk kesana, kami menggunakan minibus yang bisa membawa rombongan kami berdelapan.

Pukul 08.00 kami telah siap memulai hiking. Jalan berurutan menelusuri hutan melewati pepohonan yang menjulang tinggi nan rindang, membuat kami tidak merasa panas dan lelah. Sesekali obrolan ringan dan candaan tercipta selama perjalanan kami. Pukul 11 siang rombongan telah tiba dipuncak hutan. Istirahat menikmati makan siang dari perbekalan yang telah kami bawa dan siapkan sebelum perjalanan, menghilangkan lelah yang kami rasakan setelah berjalan jauh dan lama kurang lebih selama 3 jam, dan yang pasti mengambil foto untuk dokumentasi. Sembari menikmati makan siang kami ngobrol dan bercerita pengalaman jalan-jalan masing-masing anggota rombongan. Dari obrolan ringan itu, bukan sekedar menjadikan kami akrab satu sama lain, tapi juga lebih mengenal karakter masing-masing. Sesuai perencanaan sebelumnya, pukul 13.00 kami akan jalan kembali keluar dari hutan. Agar tidak meleset dari jadwal pukul 18.00 kami telah sampai di penginapan.

Lebih lama dari lamanya perjalanan naik ke puncak hutan, perjalanan turun pun kami tempuh selama empat jam. Pukul 17.00 rombongan telah sampai di luar area hutan dan siap kembali menuju penginapan. Rombongan telah berada di dalam minibus saat Her mulai menyalakan mesin minibus, dan berjalan pelan. Rasa lelah dan ngantuk yang tak tertahankankan kami rasakan. Sebagian dari rombongan telah tertidur. Terlihat pulas sekali. Sebagian yang lain sibuk dengan gadgetnya masing-masing.

Perjalanan yang harus kami tempuh masih panjang, disaat minibus yang kami naiki mogok tiba-tiba. Bahkan perjalanan belum setengahnya kami lalui. Waktu menunjukan pukul 17.30. Pertanda senja hendak beranjak berganti malam. Semua anggota rombongan turun dari minibus. Her, sang sopir tanpa berlama lama langsung mencoba mengotak-atik dan memperbaiki kerusakan teknis pada minibus. Aku mencoba berpikir dan mencari solusi, sembari memberikan arahan kepada rombongan untuk tetap tenang. Aku mencoba mencari solusi tanpa harus membiarkan mereka khawatir dan gelisah dengan situasi ini, apalagi merepotkan mereka untuk ikut memikirkan solusinya. Tetapi kegelisahan tetaplah nampak dari rombongan. Fred izin ke rombongan untuk masuk ke dalam hutan sebentar untuk suatu keperluan sekaligus sembari menunggu, sementara Anggi dan Kanaya masih duduk terkapar sibuk dengan kegiatannya, disisi lain Kevin sikecil 8 tahun mulai ketakutan dn menggenggam tangan Lukman dan Prita. Ku lihat Lukman berusaha meyakinkan anggota untuk tetap tenang, karena semua akan baik-baik saja dan kembali ke penginapan sebelum larut malam.

Dengan Sisa baterai di ponselku yang hanya tersisa 27%, ku titipkan nomor telp Armand seorang teman dikota dan Dhana seorang penjaga rumah penginapan  untuk di simpan di ponsel Lukman yang saat itu hanya ponsel dia yang masih tersisa baterai yang cukup banyak. Berkali kali  Her terlihat putus asa saat mencoba membongkar muatan di belakang minibusnya. Ku coba hubungi  Armand melalui ponselku, ia bersedia menjemput kami dengan mobil sedannya yang memuat 4 orang dengan meminta kami untuk menunggu selama 2 jam lebih karena perjalanan yang cukup jauh. Sementara saat ku hubungi Dhana, ia bersedia menolong kami tetapi hanya dengan membawa sepeda motornya dan akan tiba kurang dari 20 menit. Aku meminta Her untuk bicara dengan Dhana kira-kira peralatan apa yang bisa Dhana bawa untuk membantu memperbaiki minibus. 

Rombongan telah mulai gelisah dengan gelap yang kunjung datang dan ketakutan akan binatang buas yang akan turun dari hutan.  Kepanikan pun mulai menjadi ketika menyadari baterai ponsel masing-masing terbatas dan masih harus menyalakan senter untuk mengurangi sedikit ketakutan pada gelap. Sementara dengan pelan Prita bilang kepadaku, bahwa besok mereka harus kembali ke Jakarta dengan penerbangan pesawat pukul 7 pagi. Selama menunggu Armand dan Dhana aku mencoba berpikir solusi yang terbaik untuk kita semua.

Dengan pertimbangan penerbangan mereka ke Jakarta esok pagi, dan kekhawatiranku terhadap Kevin yang takut gelap dan mempunyai asma yang beresiko sesak napas menyerang tiba-tiba, dan masih ada HP Prita yang masih bisa mengakses internet, Aku mencoba untuk menyampaikan ideku kepada Lukman. Aku menanyakan keberatankah jika Lukman bersama Prita dan Kevin kembali ke penginapan terlebih dahulu dengan menggunakan motor ketika Dhana sampai ke tempat keberadaan kami. Semula Lukman enggan menerima ideku dan bersikeras untuk menunggu minibus selesai diperbaiki. Tetapi melihat Kevin yang amat takut dan mulai pucat, dan harus segera berbenah untuk penerbangan esok hari akhirnya Lukman menyetujuinya.  Sementara Anggi yang tidak bisa berkutik dengan HP nya, dan mengandalkan senter dari Kanaya bersedia menunggu pertolongan atau menunggu minibus selesai diperbaiki. Sementara Fred masih sibuk ditengah hutan, dan belum kembali. 

10 menit kemudian Dhana sampai di hutan dengan membawa sepeda motornya. Saat itu waktu telah menunjukan pukul 17.45. Aku bicarakan dengan Dhana tentang Lukman dan keluarga yang harus kembali ke penginapan dengan motor itu dan Dhana pun menyetujuinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun