Mohon tunggu...
Pestalozzi E.Z.
Pestalozzi E.Z. Mohon Tunggu... Relawan - pelajar fulltime

sedang belajar banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jangan Mau Jadi Mahasiswa Underachiever

16 Oktober 2010   04:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:23 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan yang sangat subjektif tapi terbuka terhadap kritisisme. Berawal dari keprihatinan berdasarkan laporan pandangan mata dari kampus penulis.

Setiap hari ke kampus disodori pemandangan sama setiap hari. Para mahasiswa nongkrong. Entah apa saja yang dibicarakan mereka, tapi selintasan saya terdengar pembicaraan tentang pertandingan sepakbola kemarin, gosip tentang pacar-pacar, diskusi tentang tentang tugas yang belum selesai, tanya jawab tentang dosen masuk atau tidak. Terdengar seperti pembicaraan normal. Namun, setelah dipikir-pikir, pembicaraan itulah yang mendominasi, di suatu institusi pendidikan, pendidikan tinggi.

Menyedihkan? bukan urusan saya untuk menilai, saya hanya tulis apa yang saya pikirkan, toh ini tulisan subjektif, seperti yang saya tegaskan di awal. Mahasiswa underachiever, terkesan kasar, tapi itulah kecenderungan yang saya rasakan, setidaknya saya temukan dalam kelas-kelas yang sama ikuti di perkuliahan.

Banyak sekali ciri-ciri mahasiswa underachiever, seperti banyak absen, tidak pernah buat tugas, selalu copy paste tugas dari teman atau internet, senang kalau kelas ditiadakan, banyak nongkrong, dan masih banyak lainnya.

Kenapa repot-repot mengkritisi mahasiswa underachiever? Ya karena mahasiswa tidak lain tidak bukan adalah masa depan sebuah bangsa. Istilah kerennya, agen perubahan, keren bukan. Sangat menyeramkan kalau sang agen perubahan kerjanya cuma nongkrong. Terus terang saya bingung, bukankah kita masuk kuliah karena kita yang mau? tapi kenapa ketika di dalam kelas, yang ada malas-malasan.

Sekarang dosen dan mahasiswanya bingung ketika tiba masa-masa peralihan ke arah kurikulum berbasis kompetensi, dosennya nafsu, karena biar murid-murid bisa belajar sendiri. Mahasiswa makin males, karena ga terbiasa mengolah bahan kuliahnya sendiri. Ketika dijalankan, yang ada tugas mahasiswa, lagi-lagi, hasil copy-paste, bahkan analisanya pun seadanya (atau analisanya juga dapat dari internet).

Saya mau mengajak teman-teman sedikit peduli dengan masalah ini (teman-teman mahasiswa). Jangan mau jadi mahasiswa underachiever. Mahasiswa underachiever adalah penyakit. Bagaimana supaya tidak menjadi mahasiswa underachiever:

1.Aktif dikelas, ikut dalam diskusi-diskusinya. Makanya penting untuk kita mengikuti kelas-kelas yang memang menarik buat kita. Hal itu bisa mem-boost semangat kita untuk mengikuti kelas.

2.Buat tugas dengan baik. Tugas yang baik berarti bukan cuma copy paste dari internet atau tugas teman. Bikin research, kalau malas baca buku ke perpustakaan, sekarang sudah ada internet. Cari sumber internet yang credible, usahakan jangan dari wikipedia. Setelah itu buat analisa, tidak perlu yang sulit-sulit atau yang muluk, buatlah berdasarkan teori yang kita pelajari. Latih diri kita untuk membuat analisa, tujuannya supaya melatih diri menjadi kritis.

3.Hormati pengajar atau dosen, banyak dari kita yang ketika dosen mengajar lebih sibuk BBM dengar iPod atau lebih parahnya main kartu. Menghormati mereka bukan saja dengan cara duduk, diam, mendengarkan, tapi dengan cara tanya jawab, merespon bahan-bahan mereka. Pola duduk-diam-mendengarkan cuma bikin ngantuk. Pengajar atau dosen pun akan semakin terpacu apabila peserta didiknya merespon. Di ruang perkuliahan yang terjadi adalah dialog, aktifitas belajar mengajar terjadi dengan komunikasi 2 arah, udah tidak jaman teacher centered.

4.Jangan jadi mahasiswa full of excuses. Banyak kasus dimana ketika mahasiswa fail dalam satu mata kuliah, beratus ribu juta alasan keluar. Alasan yang paling “minta” dimaklumi adalah dosen killer. Dosen yang mempunyai reputasi paling tinggi memberi nilai C untuk mata kuliahnya. Atau dosen yang mempunyai reputasi, mengambil kelasnya ga bisa cuma sekali, musti berkali-kali baru lulus.

Masih banyak cara untuk menghindari menjadi mahasiswa underachiever. Pada esensinya adalah pada diri kita sendiri. Teori psikologi semua mengatakan, mengatasi bad habit, semua berpulang pada diri sendiri. Tanpa kemauan yang keras susah mengatasinya. Jangan mau ikut-ikutan, semua orang juga begitu, adalah alasan klise yang membuat Indonesia susah maju. Semua orang berbuat hal yang seharusnya tidak diperbuat. Melanggar lampu lalulintas, tidak pakai helm, buang sampah sembarangan, tidak antri. Berani jadi contoh untuk perbuatan yang benar sangat sulit.

Saya juga menyadari, kemauan berbuat yang benar terkadang terbentur keadaan. Kecenderungan untuk “menyesuaikan dengan keadaan” selalu timbul. Apabila sudah seperti itu, saya melihat point no.4 yang saya tulis sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun