Mohon tunggu...
Zainal Muttaqin
Zainal Muttaqin Mohon Tunggu... Lainnya - Pena adalah senjata

Anggota KPU Kabupaten Serang Periode 2018-2023

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dari Islam Sampai Komunisme: Sebuah Kajian Pemikiran Kiri Karl Marx

27 Maret 2017   15:10 Diperbarui: 27 Maret 2017   15:13 6153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemikiran Marx (disebut Marxisme) jelas sangat dipengaruhi oleh teori-teori Islam. Terutama pemikiran Ibnu Khaldun (dapat kita jumpai tautan pemikiran dalam karyanya berjudul Mukoddimah. dapat dijumpai juga dalam Das Capital). Islam sangat menentang segala bentuk kedzoliman baik bersifat politik, maupun ekonomi. 

Marx memandang dalam kekuasaan pemilik modal (kapital) menindas rakyat. Negara hanya berorientasi pada keuntungan yang ditanamkan pemodal, sehingga Marx berpikir dalam era Industrialisasi, akan semakin banyak korban penghisapan berasal dari kelas strata bawah (proletar), maka perlu ada revolusi. Dalam kajiannya Marx membagi 7 tahapan agar tercapainya masyarakat tanpa kelas. Kajian ini begitu empirik. Ekonomi politik harus dibangun berdasarkan rakyat. Begitulah kata Marx. Konsep penghisapan menurutnya harus dihentikan (karena dampak yang sangat merugikan), dalam islam kita juga dapat temui konsep riba yang diharamkan.

Islam memandang unclasses dalam segi taukhid, akan tetapi Marx menurunkannya menjadi konsep mengelola negara (politik). Kemudian konsep unclasses inilah yang pada akhirnya diturunkan oleh Lenin sebagai kekuatan menelurkan ideologi komunisme. Kemudian muncul dogma bahwa agama adalah candu. Disinilah akhirnya kaum komunisme dianggap tidak bertuhan (atheis), karena bertuhan dianggap tidak sesuai dengan konsep matrealisme (kebendaan). Disinilah kontroversi pemahaman komunisme, sehingga dianggap sebagai ideologi yang salah.

Mari kita telusuri lebih lanjut. Saya justru melihat ada ketertautan antara pemikiran-pemikiran ilmuwan sosial Islam dengan teori sosial Marx. Dapat kita temui begitu besar pada karyanya Ibnu khaldun (jauh sebelum Marxisme ada) yang membagi beberapa teori sosial melalui kajian teoritis empiris ilmu-ilmu sosial. 

Dalam metodologinya Khaldun mengutamakan data empiris, verifikasi teoritis, pengujian hipotesis dan metode observasi. Pada akhirnya konsep khaldun ini digunakan dalam semua penelitian keilmuwan barat (tak terlepas juga Karl Marx). Jelas dalam hal ini Ibnu Khaldun membuka cakrawala mengenai objektivitas. Ia juga memperkenalkan konsepsi matrealisme history (fakta sejarah) dalam menggali peradaban. Kita temukan matrealisme history dan matrealisme filsafat dalam karya Karl Marx, yang menghantarkan kepada pemikiran modern.

Anti kapitalisme Marx jika kita kontekstasikan merupakan turunan dari Haramnya Riba yang dipegang umat muslim, sebagian kalangan ilmuwan sosial percaya bahwa Karl Marx menggali Al-Qur'an dalam teorinya. Mengingat jika kita kaitkan dengan fakta sejarah, Islam begitu cemerlang di Eropa pada abad pertengahan. Artinya banyak karya-karya besar Islam yang dapat ditemukan di perpustakaan-perpustakaan Universitas di Eropa untuk dipelajari.

Meningkat pada pemikiran unclasses (masyarakat tanpa kelas) diejawantakan oleh Lenin sebagai power untuk menanamkan komunisme dengan mengabaikan faktor agama. Disinilah letak kesalahan komunisme Lenin, dimana dalam menjalankan kepentingan politik, agama tidak diperlukan (era itu gereja hanya dijadikan alat politik penguasa). Pada akhirnya komunisme menjadi dogma bagaikan agama baru.

Jika kita kaitkan dengan konteks ke-Indonesiaan, tidak serta merta kita terima begitu saja, mengingat lahirnya komunisme di Indonesia berasal dari kalangan pemuka agama Islam pada masanya berada pada garis Sarekat Islam (SI) seperti semaun, alimin, H. Misbah dan masih banyak lagi. Lagi-lagi para pemikir islam yang keras ini terinspirasi dari konsep Marxisms. Bahkan H. Misbach mengatakan bahwa Muslim sejati adalah muslim yang komunis.

Indonesia juga melalui tokoh-tokoh komunis lama ini menolak patronage terhadap Moskow, karena dianggap tidak sesuai dengan kondisi budaya dan religiusitas Indonesia, bahkan Tan Malaka menantang Stalin dengan Pan Islamisme yang kuat di dataran Asia. Di Indonesia sendiri Pan Islamisme dapat berdapingan begitu dekat dengan Komunisme.

Dari uraian ini saya memandang, bahwa tak ada kesalahan dalam membangun pemikiran selama kita memiliki pijakan yang kuat, terutama religiusitas. Kesalahan terbesar komunisme hanyalah menolak kepercayaan kepada Tuhan. Maka untuk itu Marxisme tidak serta merta dapat dicaplok begitu saja dari barat, melainkan disaring dan diterapkam. Dalam konteks ke-Indonesiaan, Marxisme akhirnya melahirkan Pancasila.

Saya hanya ingin menyampaikan, tidaklah salah seorang berfaham sosialisme, komunisme, nasionalisme asalkan betul-betul berpijak pada keyakinan agama yang besar, karena apabila tidak memiliki kekuatan dasar tersebut bukan hal yang tak mungkin akan terjerembab pada kesesatan.

 

By. Zainal Muttaqin

27 Maret 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun