Mohon tunggu...
Sekarwati
Sekarwati Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pendukung Prabowo-Sandi dan Kyai NU

17 November 2018   19:09 Diperbarui: 17 November 2018   19:10 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu ketika, 2001 silam sejumlah tokoh NU "gregetan" melihat kondisi di tubuh organisasi. Sebagian tokohnya, antara lain KH. Syukron Makmun menilai NU sudah kelewat batas dalam berpolitik. Ungkapannya yang terkenal, "NU lebih politis daripada PKB itu sendiri." Sebagian lainnya berpendapat NU justru harus berpolitik. Dua-duanya dapat dimaklumi, sebab kesimpulannya secara historis, NU selalu berpolitik.

Alhasil KH. Syukron Makmun turut memberi tausiyah kepada PBNU pimpinan KH. Hasyim Muzadi. Tetapi bagaimana pun, Kyai Makmun juga memimpin Partai Nahdhatul Ummat (PNU) yang lahir pascareformasi. Belakangan nasib PNU dalam kontestasi elektoral kurang bagus, Kyai Makmun lalu hijrah ke PPP mengikuti jejak seniornya, KH. Maimoen Zubair atau Mbah Moen.

NU selalu berpolitik. Keduanya tidak dapat dipisahkan tetapi tidak selalu berpisah. Begitu pula tokoh-tokohnya, tidak selalu bersatu namun tidak juga bermusuhan. Ini adalah dinamika yang wajar.

Orang awam boleh saja melihat ini dan menyebutnya perseteruan. Tetapi ulama menganggapnya sebagai ijtihad. Konsekuensi ijtihad ialah jika benar mendapat dua pahala (pahala ijtihad dan pahala kebenaran) dan, jika salah mendapat satu pahala (pahala ijtihad).

Demikian pula cara Kyai Makmun berijtihad terkait kontestasi pilpres 2019. 21 September lalu, kepada awak media, pimpinan Ponpes Darul Quran Jakarta ini mengatakan sedang menunggu visi, misi, serta program yang diajukan kedua pasangan. Yang terbaik kelak menurut pertimbangan dan perenungannya, itulah yang ia pilih.

Yang mengejutkan, pernyataan ini disambar pendukung pasangan Prabowo-Sandi dengan mengartikannya sebagai dukungan terhadap jagoannya. Ditambah lagi statement ini dilontarkan Kyai Makmun usai silaturahmi Sandiaga Uno ke rumahnya, maka momen pertemuan ini langsung dilegitimasi dengan judul kurang lebih "Ulama Lebih Senior dari Maruf Amin Dukung Prabowo-Sandi."

Fabrikasi narasi pun dimulai, sehingga di akhir September konten website maupun sosial media mengenai hal tersebut viral. Akan tetapi rupanya pada pertengahan November ini konten serupa dimuat ulang (repost) dan lagi-lagi viral. Kali ini diimbuhi narasi KH. Syukron Makmun adalah juga guru KH. Ma'ruf Amin.

Lebih baik menguji klaim ini dengan tiga poin utama. Pertama, Kyai Makmun mendukung Prabowo-Sandi. Dari penelusuran video tentang pertemuan kedua tokoh tersebut di rumah Kyai Makmun, 21 September 2018, tidak ada pernyataan jelas bahwa Kyai Makmun mendeklarasikan dukungan terhadap salah satu Paslon capres & cawapres.

Kyai Makmun hanya mengatakan dirinya menunggu visi, misi dan program kedua paslon. Yang lebih unggul dan memberikan kemaslahatan tentu yang akan ia pilih. Menyoal visi, misi dan program memang relatif, tetapi setidaknya tiga hal itu akan diuji dalam debat capres/cawapres yang baru akan digelar mulai awal tahun depan.

Kedua, Kyai Makmun adalah senior Kyai Ma'ruf. Narasi yang dikembangkan tidak memberikan argumentasi di mana letak kesenioran itu kecuali menyebut umur Kyai Makmun lebih tua 1 tahun 3 bulan dari Kyai Ma'ruf.

Menurut KBBI, senior berarti:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun