Mohon tunggu...
Azilah MaysarahSiregar
Azilah MaysarahSiregar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswi angkatan '18 UIN Sultan Syarif Kasim Riau, jurusan Administrasi Negara di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.

There is no limit of struggling--"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bimbingan Al Quran dan As-Sunnah, Bekal Kepribadian Masa Depan Anak-anak Korban Kekerasan

22 Januari 2020   15:00 Diperbarui: 22 Januari 2020   15:11 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Berpegang teguh kepada-Nya niscaya selama-lamanya tidak akan pernah salah langkah tersesat jalan; sesuatu itu yakni Kitabullah dan Sunnah Rasulul-Nya.(H.R Ibnu Majah).

Setiap gerak dan langkah para korban kedepannya berlandaskan Al-qur'an dan As-sunnah yang di awali dari berbagai teori yang telah tersusun menjadi ilmu. Bimbingan ini berorentasi untuk membangun kesejahteraan ideal jasmani dan spiritual yang sesuai dengan Al-qur'an dan Hadist. Para anak-anak korban kekerasan di harapkan mampu menjadikan masa-masa sulitnya terdahulu sebagai jalan untuk meraih predikat an-nafs al-mutmainnah atau jiwa yang tentram. Berikut adalah beberapa bimbingan yang berlandaskan Al-qur'an dan As-Sunnah:

1. Bimbingan menghilangkan kecemasan, menggabungkan antara pencegahan dan penyembuhan yang di berantas mulai dari asal-muasal penyebab kecemasan itu sendiri. Menanamkan kepada anak-anak bahwa segala sesuatu itu bersumber dari Allah. Tanamkan bahwa segala yang telah mereka lewati adalah cara Allah mengajarkan apa yang tidak Allah ajarkan pada orang lain yang itu artinya Allah tau dan percaya bahwa mereka mampu untuk melewatinya. Adapun hal ini diterangkan Allah dalam firmannya yang berbunyi:

"Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Q.S. Yunus: 107)".

2. Bimbingan mengalihkan emosi sedih dan marah, Rasulullah kerap kali mengajak kaum muslimin agar mengendalikan emosi sedih dan marah yang tengah di hadapi. Baik itu melalui pemikiran dengan mengingat segala ketetapan Allah, perbuatan yang senantiasa menyibukkan anggota tubuh untuk beraktivitas dengan niat meredakan amarah untuk mencari ridho Allah atau seperti Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah yang menyebutkan bahwa obat penawar dari rasa sedih, kegundahan dan kegelisahan adalah dengan shalat. 

Ajakan dan pembiasaan anak-anak untuk senantiasa mewajibkan dirinya untuk sholat diharapkan mampu menjadi penghubung secara spiritual hubungan anak dengan sang pencipta melalui interaksi melalui sholat yang tidak mereka dapatkan kenyamanannya seperti ketika mereka berinteraksi dengan sesama manusia.

3. Ikhtiar dengan berdoa kepada Allah, bimbingan dengan menanamkan bahwa berdoa dan meminta pertolongan terhadap Allah akan segala sesuatu yang telah dihadapi adalah kunci dari solusi yang kelak di turunkan oleh Allah. Doa yang dipanjatkan dengan tulus, ikhlas serta niat mencari ridho Allah memiliki kekuatan maha dahsyat yang menentramkan jiwa dan menguraikan benang kusut atas permasalahan yang dihadapi.

Dari Ibnu Abbas ra. bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, ya Allah aku berserah diri kepada-Mu, aku beriman kepada-Mu, aku serahkan segala urusanku pada-Mu, aku bertobat kepada-Mu, dan aku bermusuhan atas nama-Mu. Ya Allah sungguh aku berlindung dengan kemuliaan-Mu, janganlah engkau sesatkan aku, tiada Illah (yang berhak diibadahi) selain Engkau Zat Yang Maha hidup dan tidak akan mati, sedangkan jin dan manusia semuanya akan mati (Imam Al-Mundziri).

Pada akhirnya kekerasan yang telah terjadi dan menjadi bayang-bayang traumatis anak dapat kembali di obati melalui bimbingan yang berlandaskan Al-qur'an dan As-Sunnah sebagai bekal kepribadian sang anak menghadapi masa depannya kelak. Menciptakan sosok yang mampu dan kuat menghadapi musuh dari dalam diri berupa bala traumatis. Berani mengatasi rasa takut akan masa-masa sebagai korban kekerasan, menghalangi hadirnya gangguan mental serta mengangkat atau meringankan beban moral sebagai anak korban kekerasan.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Mundziri, Imam. Mukhtashar Shahih Muslim. Jakarta: Ummul Qura, tahun 2016
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. IV, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya. Bandung: Sygma Examedia Arkanleema, 2009.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun