Mohon tunggu...
Zik
Zik Mohon Tunggu... Seniman - Zik adalah nama saya

Saya hanya ingin memperkenalkan Desa saya ke Dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Legenda Ki Onggopati di Tanah Plunturan

16 Januari 2020   08:20 Diperbarui: 16 Januari 2020   08:24 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Sawah Sepilang dari jauh. Dokpri

Di desa Plunturan, lebih tepatnya di daerah dusun Suru terdapat sebuah legenda yang kini mulai terlupakan, dan hanya segelintir orang yang tahu mengenai hal itu. Legenda tersebut adalah legenda Ki Onggopati. Ki Onggopati merupakan salah satu tokoh yang berjasa dalam Perluasan Desa Plunturan pada jaman itu.

Di dalam penelusuran cerita legenda Ki Onggopati di desa Plunturan, kami menemukan bahwa terdapat dua macam versi legenda Ki Onggopati di desa Plunturan. 

Versi pertama adalah cerita legenda yang tersebar di masyarakat umum desa Plunturan, versi pertama ini kami dapatkan setelah melakukan wawancara kepada beberapa warga yang lewat yang asli Desa Plunturan. 

Setelah menanyai mereka secara satu persatu, sebagian besar warga mengatakan bahwa mereka tidak tahu tentang Ki Onggopati secara pasti, karena mereka sendiripun hanya mendengar legenda tersebut dari Sesepuh waktu muda dulu. 

Untuk versi kedua, cerita tentang Ki Onggopati didapat melalui wawancara secara langsung dengan mbah Bikan, salah satu sesepuh di Desa Plunturan yang paling mengetahui seluk beluk cerita dan sejarah desa Plunturan. 

Setelah mewawancarai beliau dan menganalisis data wawancara tersebut, perbedaan diantara kedua versi ini adalah identitas Ki Onggopati dan Bagaimana Beliau menghilang di Sawah Sepilang. 

Setelah melakukan observasi dan wawancara kepada beberapa warga lain, kami menemukan bahwa Legenda Ki Onggopati dari mbah Bikan memiliki nilai kebenaran yang lebih tinggi.

Cerita Legenda versi Mbah Bikan adalah sebagai berikut. Di Sekitar tahun 1800 Masehi, Raja Mataram yang berkuasa pada waktu itu meminta salah satu senopatinya untuk mengumpulkan dan melatih Pasukan untuk membantu perang Pangeran Dipenegoro melawan Belanda. Senopati pada waktu yang dipilih bernama Onggopati. 

Sang Raja memerintahkan Ki Onggopati untuk memilih tempat di salah satu wilayahnya untuk digunakan sebagai markas utama dalam mempersiapkan pasukan untuk perang pangeran Dipenegoro Pada saat itu, Mataram telah mengoasai sebagian dari pulau Jawa, dan Ponorogo adalah salah satu wilayah yang dikuasai kerajaaan Mataram pada waktu itu.

Desa yang dipilih oleh Ki Onggopati adalah Desa Plunturan yang waktu itu masih dibawah kekuasaan Kyai Suto Menggolo dan Kyai Satariman. Setelah sampai di desa tersebut, Ki Onggopati merekrut remaja-remaja yang ada di desa Plunturan untuk dijadikan sebagai seorang prajurit untuk membantu Perang Dipenegoro. 

Akan tetapi pada tahun 1830, Pangeran Dipenegoro berhasil ditangkap oleh Belanda di Magelang. Penangkapan ini, seketika menggagalkan semua persiapan pasukan perang yang dibuat Ki Onggopati selama ini untuk membantu dalam perang Ki Onggopati. 

Setelah Ki Onggopati mendengar berita tentang penangkapan Pangeran Diponegoro terdengar oleh Ki Onggopati, beliau memutuskan untunk membubarkan pasukan tersebut dan memilih untuk berpindah profesi sebagai pembabat suru untuk membantu pemerluasan desa Plunturan. Pembabatan Suru oleh Beliau menyebabkan wilayah tersebut menjadi terlihat lebih luas, sehingga wilayah tersebut dinamai Mbanaran atau yang berarti yang terlihat luas. 

Selain menjadi pembabat hutan Suru, beliau juga berprofesi sebagai Petani, Sawah Milik Beliau dipercaya berada di Wilayah bagian selatan Dusun Suru. Beliau juga membentuk sebuah keluarga dalam kehidupannya di Desa Plunturan ini. 

Akan tetapi, pada suatu hari beliau tiba-tiba menghilang tanpa jejak, setelah berpamitan kepada keluarganya untuk pergi kesawah miliknya. Semua warga telah mencarinya ke penjuru sawah akan tetapi jejak keberadaannya masih belum ditemukan. 

Sejak saat itu, sawah milik Ki Onggopati disebut dengan nama Sepilang yang berarti Hilang di saat Sepi. Dalam pencarian mereka mencari Ki Onggopati, masyarakat Desa menemukan sebuh goa kecil di ujung Sepilang lebih telatnya di sisi sungai sebelah timur sawah tersebut. 

Beberapa warga  menganggap bahwa goa tersebut adalah goa gerbang alam ghaib yang terhubung dengan goa lain di sisi lainnya, masyarakat yang mempercayai hal ini menganggap hilangnya Ki Onggopati adalah ini. 

Akan tetapi pernyataan tersebut dibantah oleh mbah Bikan, beliau mengatakan bahwa goa tersebut hanyalah goa biasa dengantinggi dan lebar sekitar satu meter dan tidak memiliki kekuatan mistis. Akan tetapi hal ini berbeda pada sawah Sapilang. Beliau percaya bahwa yang mistis itu sawah sapilangnya bukan goa yang ada di dekat sawah tersebut

Setelah kejadian hilangnya Ki Onggopati di sawah milik beliau, tidak ada lagi orang yang mengurus sawah tersebut. Mbah Bikan mengatakan bahwa, sawah sepilang telah berganti tangan beberapa kali, akan tetapi tidak ada yang kuat dan bahkan sampai meninggal karena mengurus sawah tersebut. 

Akan tetapi, hal ini tidak terjadi pada orang-orang yqng masih memiliki hubungan darah dengan Ki Onggopati. Setelah terjadi banyak kejadian serupa, selain keturunan Ki Onggopati tidak ada lagi yang berani mengurus sawah tersebut, dan sawah tersebut pun diambil alih kembali oleh keturunan Ki Onggopati.

Karena Keteguhannya dan Kepiwaiannya yang beliau tubjukkan selama kehidupan beliau di desa Plunturan, masyarakat memilih untuk mengabadikan nama Ki Onggopati melalui kesenian reyog yakni dengan memberikan nama Ki Onggopati pada grup reyog mereka di sekitar tahun 1956.

Di depan kantor Balai Desa Plunturan juga dapat dijumpai sebuah pemakaman kecil dan hanya terdiri dari beberapa makam saja. Menurut mbah Bikan, makam ini adalah makam mbah Tondo beserta keturunannya. 

Beberapa orang sekitar mengatakan bahwa mbah Tondo merupakan seorang pendatang dari Jawa tengah yang datang ke desa Plunturan. Akan tetapi, dalam wawancara kami bersama mbah Bikan, beliau mengklarifikasu bahwa mbah Tanda adalah putra dari Ki Onggopati, dengan kata lain pemakaman tersebut adalah pemakaman untuk orang yang memiliki garis keturunan dengan Ki Onggopati.

Foto: Salah satu bidang Sawah Sepilang dari Dekat. Dokpri
Foto: Salah satu bidang Sawah Sepilang dari Dekat. Dokpri

Foto: Mesirah, salah satu keturunan Ki Onggopati generasi ke-5. Di depan gua yang diduga terhubung secara ghaib ke gua lain. Dokpri
Foto: Mesirah, salah satu keturunan Ki Onggopati generasi ke-5. Di depan gua yang diduga terhubung secara ghaib ke gua lain. Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun