Bulan Ramadan adalah momentum yang sangat dinantikan terutama oleh umat Muslim, karena hanya datang sekali dalam setahun, jika ditanya apa yang paling berkesan bagi saya di bulan Ramadan, saya akan menjawab dengan lantang, adanya takjil yang bertebaran dimana-mana, baik yang berbayar maupun yang gratisan. Selain takjilnya, bulan Ramadan adalah kesempatan beribadah dengan pahala yang berlipat ganda dan sarana bersosialisasi serta menambah keakraban dengan umat Muslim lainnya, melalui tadarus juga tarawih.
Kemarin siang, cuaca Kota Malang cukup panas, membuat semakin dahaga dan lemas, saat itu, saya sudah banyak membayangkan mau buka dengan apa ya nanti sore, hingga salah satu teman nyeletuk dan mengajak untuk war takjil di Jalan Surabaya, sepanjang jalan kampus Universitas Negeri Malang (UM), tanpa banyak berpikir, kami berempat mengiyakan ajakan tersebut dan berangkat di jam 14.10 WIB setelah selesai jadwal internship di salah satu Puskesmas Kota Malang.
Saat tiba di lokasi, kami mencari parkiran yang strategis dan aman agar kami bisa berburu takjil dengan leluasa dengan berjalan kaki, suasana sore itu cukup lengang, banyak pedagang yang masih menyiapkan lapak dagangnya dan membuat kami berfikir "apakah kami berangkat terlalu cepat", jalanan juga masih lebar untuk dilewati kendaraan bermotor maupun pejalan kaki. Saat itu, mendadak awan mendung diiringi gerimis kecil yang berujung pada hujan lebat datang secara tiba-tiba.
Benar saja namanya war takjil, ibaratnya sudah puasa lebih dari 10 jam lamanya dan baterai stamina juga sudah tinggal 25% saja, ditambah hujan yang menyambut kedatangan kami hingga misi perburuan takjil tertunda akibat derasnya curah hujan dan basah kuyup, memang harus ada yang dikorbankan dan berkorban dalam misi perburuan takjil, namun tantangan itu, tidak menghalangi niatan kami. Berikut adalah beberapa tips dalam berburu takjil, semoga bermanfaat.
Berangkat lebih awalÂ
Tips pertama saat war takjil adalah berangkat lebih awal, jam 3 sore harus diusahakan untuk datang di lokasi pembelian takjil, karena pertama makanan dan minuman masih lengkap dan masih banyak stoknya, sehingga tidak perlu khawatir kehabisan dan bisa memilih beragam variasi yang kita ingini. Â Kedua tidak perlu khawatir berebut dan mengantri panjang karena masih sedikit pembeli, mungkin alasan mengantri bisa menjadi salah satu tumbuhnya rasa malas untuk war takjil, apalagi mengantri disaat sisa stamina juga sudah tidak 100%.
Ketiga, tentu untuk menghindari dari kemacetan panjang di sepanjang lokasi pembelian takjil, seperti saat saya berburu takjil kemarin, di Jalan Surabaya, sepanjang jalan depan kampus UM, berjejer pedagang kaki lima yang menjajakan makanan maupun minuman, memang para pedagang tertib berjualan di sepanjang trotoar jalan, namun tentu pembeli semakin membludak seiring makin petangnya sore dan lambat laun, para pemburu takjil akan memenuhi bahu jalan yang membuat kemacetan panjang, Â keempat tentunya kita masih diberi waktu yang banyak untuk mempersiapkan momen berbuka puasa yang nyaman saat di rumah/kos. Misalnya masih ada waktu untuk mandi setelah beraktivitas seharian, masih ada waktu untuk bisa sekedar memasak nasi dalam mesin penanak, maupun menyiapkan wedang jahe kesukaan.
Tidak jarang, banyak yang menunda untuk berangkat lebih awal untuk mencari takjil dan memilih untuk berangkat mepet maghrib saja, padahal di jam tersebut akan banyak mudharat yang akan kita dapatkan, seperti terburu-buru saat naik kendaraan karena mengejar jam buka, mengantri dan berdesakan sesama pemburu takjil yang hanya akan menyulut emosi dan semakin menguras energi kita, dan yang paling utama adalah karena akan terjadi kemacetan disepanjang jalan yang membuat banyak waktu terbuang sia-sia. Â
Siapkan uang yang cukupÂ
Saat di lokasi takjil, kita harus menyiapkan uang yang cukup untuk rencana takjil yang akan kita beli, baik uang cash maupun e-money. Karena takutnya saat kita beli takjil ternyata pedagang tersebut hanya melayani pembayaran secara cash saja, maka dari itu, kita harus menyiapkan uang dengan maksimal, daripada nanti malah repot sendiri. Uang cash pun juga sebisa mungkin harus berbentuk pecahan, karena biasanya sebagai pembeli pertama, pedagang belum memiliki banyak uang kembalian dan diminta untuk memakai uang pecahan saja. Â Â
Biasanya saat war takjil saya akan menerapkan rumus : 1 camilan, 1 es, dan 1 lauk serta sayur, jadi total akan ada 4 item yang akan saya beli, dengan budget sekali war takjil harus <50.000, biasanya saya hanya menghabiskan sekitar 25.000-30.000 ribu dalam satu sore, dan itupun saya tidak setiap hari war takjil, kadang juga war takjil gratis di masjid terdekat, namun tentu ada syaratnya, yakni ikut menunaikan sholat maghrib secara berjamaah setelah makan/minum takjil. Maklum, sebagai anak rantauan dengan uang saku pas-pasan, harus pintar memutar otak untuk mencukupi kebutuhan dan uang saku yang diberikan.
Sedia payung/mantel sebelum hujan
Hujan dan mantel tentu sangat berguna di musim penghujan seperti saat ini, apalagi terkadang hujan turun tanpa aba-aba, maka diperlukan alat pelindung agar tidak kehujanan saat sedang berburu takjil. Hal ini saya alami beberapa hari lalu, kami teralu terlena dalam berburu takjil tanpa memerdulikan turunnya hujan yang semakin lama semakin deras saja. Hingga kami berteduh di lapak dagang milik pedagang dengan rasa sedikit malu dan dalam keadaan basah di sekujur tubuh, kami berteduh selama beberapa menit dan beruntungnya hujan deras terjadi cukup singkat yang menyisakan gerimis hujan kecil. Kami pun memutuskan untuk membeli mantel sekali pakai dari plastic yang kami gunakan hingga war takjil selesai, dan akan terus tersimpan di ransel saya untuk jaga-jaga war takjil di hari selanjutnya.