Mohon tunggu...
Zia Mukhlis
Zia Mukhlis Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemerhati Pendidikan dan Sosial Budaya

Jurnalis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bagaimana Menjadi Guru yang Disenangi?

25 Januari 2020   16:19 Diperbarui: 25 Januari 2020   16:17 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.radioandmusic.com

Guru adalah orang yang sering terlupakan dalam eposode kehidupan. Prestasi yang  kita capai hari ini jika dibandingkan dengan kondisi guru kita yang masih seperti dulu memang terbilang jauh. Hatipun berbisik, "saya lebih sukses dari pada guru saya ini." perasaan lebih beruntung itu selalu hadir dalam hati setiap murid. Padahal saat lidah mereka masih terbata-bata mengeja alfabet guru dengan rendah hati mengajarkan satu demi satu hingga lancar membaca. Namun itulah, jasa guru selalu  dilupakaan setelah kita menjadi manusia yang sukses hari ini. sedangkan  guru kita masih melakukan rutinitas yang sama seperti belasan tahun yang lalu, masih seperti itu.

Tapi apakah pernah kita berpikir menjadi guru? Apakah gampang menjadi guru atau tak seperti yang kita bayangkan?

Sadarkah kita bahwa memberikan pelajaran tak seperti ngobrol di cafe? Menjadi guru memiliki tantangan tersendiri. Menghadapi berbagai macam karakter peserta didik yang beragam latar belakang, ada yang dari keluarga kaya, menengah dan miskin. Ada yang dari keluarga berpendidikan dan ada pula yang dari keluarga tidak bependidikan. Ada yang dari keluarga harmonis dan ada yang dari keluarga broken home. Semua itu ada dalam satu kelas, dan guru tugasnya bukan hanya transfer ilmu, tapi juga membina, mengarahkan, menstimulis, memperbaiki dan memomotivasi, disingkat aktivitas itu dengan 'mendidik'.

Bayangkan semua itu mesti dilkukan guru?

Apalagi perbedaan kelas dalam mengajar menuntut guru untuk lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran. Ketika masuk ke kelas SMP akan beda ketika masuk ke kelas SMA. Perbedaan akal dan umur merekalah yang membuat metode dan intrumennya berbeda pula. Bahasa yang digunakan saat di kelas SMP adalah bahasa yang sederhana dan ringkas tidak panjang lebar (to the poin). Sebab jika gurunya terlalu panjang menerangkan  pelajaran mereka akan kebingungan menangkapnya. Sedangkan di SMA bisa dengan mengiprovisasi kelas, diskusi, motivasi dan tak melulu ceramah.

Jika dipikir-pikir mendidik adalah pekerjaan yang menyenangkan. Akan terasa menyenangkan jika sang pendidik memiliki targetan akan setiap peserta didik atau kelas. Sederhana saja, sanggupkah guru membuat kelas yang diam menjadi kelas yang ramai, atau sanggupkah guru membuat kelas yang ngantuk menjadi kelas yang bergairah tanpa marah-marah. Atau sanggupkah guru memotivasi peserta didiknya untuk menggapai sesuatu yang belum pernah digapai oleh mereka seumur hidup dan itu bisa mereka capai saat mereka sedang berada di bangku sekolah.

Menguasai kelas bukan berarti peserta didik duduk tenang berpangku tangan mendengarkan anda berbicara karena takut dimarahi jika mereka bergerak. Memang demikian anda telah menguasai mereka namun hanya fisiknya tidak pikirannya. Yang sebenarnya harus dikuasai itu adalah pikirannya maka fisiknya akan mengikut dengan sendirinya. Caranya bagaimana? Buat materi yang diajarkan menjadi hal yang menarik. Caranya lagi?

  • Jangan monoton!
  • Jika anda sadar akan minat belajar anak-anak hari ini anda pasti akan berhenti menjadi seorang guru. Kebanyakan anak-anak hari ini mereka dipaksa untuk masuk sekolah. Apalagi sekolah Pesantren ( Boarding School). Yang sebenarnya punya minat untuk masuk pesantren adalah orang tunya bukan anaknya. Berefek pada terjadinya tekanan mental pada anak dan hilangnya mood untuk belajar. Tentu ini adalah kasus, namun jika kasus ini terlalu sering maka ia menjadi fenomena rutin. inilah yang mesti dihadapi oleh guru, anak yang tidak punya minat untuk belajar. Caranya menumbuhkan minat itu adalah dengan tidak terlalu kaku atau monoton saat mengajar. Tertawa adalah hal yang dibolehkan saat belajar. Tertawalah agar beban peserta didik menjadi lebih ringan, dan agar mereka beranggapan bahwa pelajaran yang kita ajarkan adalah pelajaran yang mudah.

  • Bermain game
  • Metode belajar tak mesti dengan berdiri di depan lokal lalu berceramah. Sesekali bermainlah dengan mereka. Misalnya jika tentang belajar tentang sejarah bisa gunakan permainan cerdas-cermat. Itu lebih merangsang otak mereka berpikir dari pada mengerjakan 50 soal latihan. Sebab disana kuat nuansa kompetisinya. Maka mulai sekanrang beliah buku permainan.

  • Berekspresilah
  • Guru adalah seorang yang diguguh dan ditiru. Semua gerak gerik anda akan diingat dan ditiru oleh peserta didik anda. Dalam ilmu komunikasi agar pesan yang disampaikan bisa diingat oleh lawan bicara adalah dengan ekpresi. Jika anda sedang bercerita tentang keberanian maka anda harus semangat dan menggelegar. Jika anda sedang bercerita tentang kesedihan maka anda harus terlihat iba. Bisa jadi dengan tambahan ekspresi itu akan membuat mereka mengingat kisah anda sampai mereka tua nanti. dan percayalah, guru yang tidak punya ekspresi akan dilupakan oleh siswanya, sebab tidak menarik.

  • Anggap mereka adalah teman
  • Hal yang terpenting adalah menganggap mereka teman. Sadarlah kadang peserta didik itu ingin dekat dengan gurunya. Suasana yang bersahabat membuat mereka lebih rileks dalam belajar. Suasan yang kaku juga membuat otak mereka menjadi kaku untuk berpikir.

Baiklah para guru, mari kita berkreatifitas di kelas!   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun