Mohon tunggu...
Zia Mukhlis
Zia Mukhlis Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemerhati Pendidikan dan Sosial Budaya

Jurnalis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Akal Sehat Vs Perasaan

30 Maret 2019   02:37 Diperbarui: 30 Maret 2019   04:00 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia, makhluk yang unik yang penuh tanda tanya. Telah hidup ribuan tahun di atas permukaan bumi dari dahulu hingga hari ini dan bahkan hingga masa depan nanti. Berbagai perkembangan telah dilalui oleh manusia, mulai dari zaman purba hingga zaman Burj Khalifa yang menyentuh langit. Dari manusia yang hanya menggunakan batu sebagai alat serba guna hingga hari ini manusia menggunakan gadget sebagai alat serba guna juga. Namun pertanyaan "apakah manusia itu?"  telah terjawab?

Kenapa harus manusia yang ditanyakan, sebab 'manusia'lah yang belum terjawab hingga hari ini. Manusia amat mudah jika disuruh mendefinisikan benda-benda fisik maupun metafisik yang ada disekitarnya, namun jika ditanya tentang dirinya, siapakah dirinya, dia akan berpikir keras dan mungkin menyerah untuk melakukannya. 

Walaupun tugas mendefinisikan manusia telah dikerjakan oleh filosof Yunani, Plato. Plato mendefinisikan manusia adalah "binatang tanpa bulu yang berkaki dua". Walaupun definisi ini sempat diejek oleh sahabatnya Diogenes dengan mengambil ayam yang sudah dikuliti bulu-bulunya dan membawanya kehadapan Plato sambil berujar, "Inilah manusianya Plato."

Sekali lagi, kenapa kita harus bertanya pada diri kita, "apakah saya ini?". Saat ini diantara kita ada yang telah hidup selama 70 tahu, 60, 50, 20 tahun dan lebih kecil lagi. 

Masing-masing kita juga telah menyaksikan apa yang terjadi pada dunia ini. Disamping ada berbagai kemajuan, disamping lagi juga ada berbagai kerusakan. Perang tiada berakhir, eksploitasi alam yang tiada akhir, udara yang semakin tercemar, kejahatan semakin meningkat, moralitas semakin rendah, dan hujatan dimana-mana.

Perang, jika dahulu orang perang untuk memperluas kekuasaan lalu untuk apa kita berperang hari ini yang toh tiap negara telah memiliki batas wilayah masing-masing. Jika dahulu orang berperang untuk mencari makan, tapi kita hari ini berperang bukan untuk mencari makan, kita menggunakan senjata pemusnah massal, bukan saja membunuh manusia tapi bangunan hancur, tanaman binasa dan air tercemar. 

Untuk apa manusia berperang? Untuk sekedar balas dendamkah? Untuk sekedar senang senangkah? Atau manusia itu adalah manusia yang suka balas dendam dan senang-senang dengan nyawa sesamanya? Lagi pula manusia juga tidak kanibal? Lalu kenapa manusia berperang?

Eksploitasi alam lihatlah, jumlah hutan bumi ini mulai berkurang. Kalimantan yang disebut sebagai paru-paru dunia hutannya tiada henti ditebang dan dieksploitasi. Ini berefek dengan terjadinya banjir dan longsong. Lautan demikian, tak segan-segannya manusia menangkap ikan dengan cara yang kasar, terumbu karang yang kokohpun berhasil dirusaknya, pukat. 

Lihat juga akhir-akhir ini ikan paus yang terdampar, mati sekarat karena banyak memakan sampah plastik manusia. Masih manusia, di sebuah tempat terdampar juga puluhan lumba-lumba yang mati tak bersirip. Lepas siripnya dipotong oleh para manusia lumba-lumba itu kembali di buang ke laut, bahkan tak hanya lumba-lumba, hiu lebih sering lagi menjadi korban. Manusiakah pemilik dunia ini? apakah manusia itu? Penguasa sumber daya alam?

Setelah bumi dihancurkannya, laut dirusaknya, maka tinggallah langit. Apakah langit aman dari tangan manusia? Mari kita rasakan bumi hari ini yang makin panas. Kata para ahli lapisan atmosfir bumi mulai menipis, efeknya es di kutub utara dan selatan mencair dan ini bisa menyebakan naiknya volume air laut yang menyebabkan jumlah daratan berkurang. 

Apa asalnya atmosfir menipis? Katanya asap kendaraan bermotor manusia yang menguap ke langit menyebabkan menipisnya atmosfir yang telah melindungi manusia sejak ribuan tahun. Hebat, sekali lagi ini ulah manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun