Mohon tunggu...
Zia Mukhlis
Zia Mukhlis Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemerhati Pendidikan dan Sosial Budaya

Jurnalis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Resensi Buku "Filosof Juga Manusia"

16 November 2018   19:03 Diperbarui: 16 November 2018   19:19 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul                             : Filosof Juga Manusia

Pengarang                  : Fahrudin Faiz

Penerbit                      : Masjid Jendral Sudirman (MJS)

Halaman                     : 202 halaman

Dimensi                       : 13,7 X 20,5 cm

Terbitan                      : 2016

Filosof Juga Manusia, dari judul buku ini kita sudah tahu kemana arah pembicaraan buku ini. Ya tentang filsafat. Filosof adalah subjek dari pelaku filsafat, alias dialah yang cara hidupnya penuh dengan filsafat. Baik cara berpikirnya maupun prilaku dan sikapnya semuanya tak lepas dari filsafat. Seperti orang yang penuh dengan rasa ingin tahu dan mempertanyakan apapun yang terjadi di sekelilingnya. 

Efek dari filsafat adalah terjawabnya persoalan-persoalan hidup dan lahirlah pikiran-pikiran baru untuk menjawab problema kehidupan manusia, yang manusia-manusia berhasil memecahkan itu kebanyakan adalah mereka yang berkutat di dunia filsafat, sebut saja filosof.

Bagi sebagian kita mungkin ada yang minder dengan istilah filsafat atau filosof. Filsafat identik dengan orang nyeleneh dan kayak gak ada kerjaan, mempertanyakan hal yang sudah menjadi kebiasaan dan pemecah kebekuan. Lalu filosof juga identik dengan orang yang urak-urakan, gak mandi-mandi dan tampangnya kayak orang lagi mikir keras. 

Begitulah kebanyakan orang menilai filsafat dan filosof. Ada juga yang menganggap filsafat itu sebagai ilmu yang angker, padahal semua ilmu itu angkel lo menurut setiap orang, missal bagi anak pesantren ilmu matimatika itu adalah angker banget, biarlah disuruh hafal ini dan itu daripada belajar matimatika. 

Bagi anak umum ilmu bahasa arab itu angker, terlalu banyak kaedahnya, biarlah mereka menikmati kerumitan soal fisika dibandingkan harus berhadapan dengan bahasa arab. Nah, mulai sekarang kita harus adil lo sama filsafat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun