Mohon tunggu...
Zia Mukhlis
Zia Mukhlis Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemerhati Pendidikan dan Sosial Budaya

Jurnalis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apakah Kita Harus Diprovokasi?!

13 Oktober 2018   14:30 Diperbarui: 13 Oktober 2018   14:43 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Masyarakat sering menjadi objek dari provokasi, dalam tubuh masyarakat sendiri ada golongan yang paling sering seharusnya diprovokasi, yaitu mahasiswa. Mahasiswa adalah masyarakat intelektual yang dicerdaskan berdasarkan amanat konstitusi untuk kemajuan Indonesia kedepannya. Sebagai golongan intelektual tugas mahasiswa bukan saja belajar dan berjibaku di kampusnya, namun juga dituntut untuk turun dan melihat realitas masyarakat, bertindak kala rambu telah berkedip, serta menjadi pasukan infanteri dari keutuhan bangsa ini.

Namun hari ini seolah kita mahasiswa alpa dengan tugas pokok kita yaitu melihat realita tersebut, bejibun tugas kuliah membuat pikiran kita tumpul dengan apa yang terjadi, padahal kekuatan itu terkumpul pada tangan mahasiswa dan tersimpan begitu saja dengan sia-sia.

Maka perlu ada sirene bencana bahwa kita sedang diserang kejumudan, mager dan masa bodoh. Enggan diajak berpikir kritis dan lebih suka manut-manut. Takut mengambil resiko dan lebih suka main aman. Dan sirene itu berbunyi, keluar dari mulut orang besar yang bernama provokasi. Ketumpulan dan kejumudan ia dobrak dengan keras, hingga semuanya kembali sadar akan siapa dirinya dan apa hakikatnya. 

Menampar setiap sosok tanpa peduli ia bodoh atau pintar yang penting semuanya sedang alpa hari ini. Menerjang ombak kegamangan untuk membuktikan bahwa tantangan itu harus dilawan bukan disesali, menjunjung obor kebenaran hingga sadar bahwa selama ini kita berada dalam kesalahan yang gelap, dan ia berteriak bahwa harapan itu masih ada.

Provokasi bukanlah kata yang bermakna negatif, hanya karena subjek dari kata ini adalah provokator maka ia menjadi negatif. Padahal provokasi bisa bermakna 'kegiatan untuk merangsang pikiran manusia'. Pikiran yang selama ini manut-manut didobrak, dipertanyakan ulang dan disuruh untuk segera bertindak. Yang bisa melakukan tugas ini adalah akademisi, Rocky Gerung pernah berkata, "tugas seorang akademisi adalah memprovokasi pikiran".

Ranah pendidikan adalah wadah yang tepat untuk memprovokasikan pikiran seorang akademisi, tempat yang netral untuk mengadu pikiran dan argumen, serta ruang bebas untuk mengemukakan pikiran apapun, itulah ranah pendidikan. Membatasi orang berpikir sama dengan membatasi manusia hidup, sebab manusia 'ada' karena ia berpikir, sesuai dengan definisi mantiq, manusia adalah sesuatu yang berpikir, tanpa berpikir maka hakikatnya sebagai manusia menjadi hilang.

Dalam pendidikan perlu adanya metode rekayasa agar peserta didik mengalami proses 'mengalami'. Kebingungan kita dalam mendefinisikan kondisi hari ini karena kita sendiri tak merasakan hidup pada zaman ini, sibuk dengan kehidupan masing-masing sehingga buta dengan realitas, maka perlu adanya perekayasaan tersebut agar kita sadar bahwa kita sedang dalam kondisi seperti ini, yang tujuannya adalah membuka mata hati kita agar tersentuh dan terbuka dengan realiatas disekitar kita. 

Jikalau provokasi adalah metode pedagogi maka rekayasa adalah metode andragogi. 'rekayasa' adalah kata yang digunakan oleh mentri pendidikan Indonesia Anis Rasyid Baswedan dalam salah satu sambutannya untuk menggambarkan metode pendidikan.

Selamat memprovokasi pikiran dan selamat merekayasa kesadaran manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun